JAKARTA. Sekertaris Jenderal Kementerian Kehutanan (Kemhut) Hadi Daryanto mengatakan bahwa industri pulp and paper di Indonesia telah berkembang pesat. Industri ini telah menarik investasi sebesar US$16 miliar dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 242.822 orang. Dengan pertumbuhan industri pulp and paper sebesar ini, maka dapat mendatangkan devisa negara sebesar US$4 miliar atau sekira 6,1 persen dari total produksi sektor manufaktur.“Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam industri pulp and paper, namun belum optimal diusahakan,” katanya, Selasa (3/4).Dengan nilai investasi sebesar itu, Indonesia telah menempati urutan ke-9 negara pengekspor pulp terbesar dunia dengan rata-rata ekspor 1,6 juta ton pulp per tahun dibawah China, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Kanada, Finlandia, Swedia, dan Korea Selatan. Sementara dalam produksi kertas, Indonesia masuk 12 besar dengan rata-rata ekspor 1,7 juta ton per tahun.Selain Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Jepang, tambah Hadi, saat ini pasar yang sangat potensial adalah Asia, terutama China dan India. “Untuk permintaan kertas, Asia tetap memimpin dalam pertumbuhan pulp and paper di dunia,” katanya.Pada tahun 2010 hingga 2015, diperkirakan permintaan pulp dan kertas akan meningkat tajam. Begitu juga dengan suplainya. Tercatat, pada 2010 pertumbuhan pulp sebesar 4,3 juta ton akan meningkat pada 2025 menjadi 5,7 juta ton. Sementara berdasarkan produksi, volume industri pulp mencapai 26,5 juta ton dan pada tahun 2025 diprediksi akan meningkat menjadi 38,9 juta ton.Hadi mengatakan, secara global pertumbuhan pulp meningkat 2,6 persen per tahun. Hal ini dikarenakan adanya Asean China Free Trade Agreement (ACFTA). “Permintaan bubur kertas dari China terus meningkat hingga 139 persen sejak 2005. Potensi tersebut menguntungkan industri kehutanan di Indonesia,” ujarnya.Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas (APKI) Liana Bratasida mengatakan, industri di sektor ini memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja hingga 250 ribu orang dari 600 ribu pekerja kehutanan di Indonesia.Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas juga ditargetkan terus meningkat. "Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian juga mencanangkan program strategis pulp dan kertas sampai 2020," ujar Liana.Berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada 2011 lalu, jumlah kapasitas terpasang industri pulp sebesar 8,6 juta ton akan meningkat tahun 2020 menjadi 20,4 juta ton. Sementara kapasitas terpasang industri kertas pada 2011 sebesar 12,778 juta ton akan meningkat pada 2020 menjadi 19,8 juta ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investasi industri kertas capai US$ 16 miliar
JAKARTA. Sekertaris Jenderal Kementerian Kehutanan (Kemhut) Hadi Daryanto mengatakan bahwa industri pulp and paper di Indonesia telah berkembang pesat. Industri ini telah menarik investasi sebesar US$16 miliar dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 242.822 orang. Dengan pertumbuhan industri pulp and paper sebesar ini, maka dapat mendatangkan devisa negara sebesar US$4 miliar atau sekira 6,1 persen dari total produksi sektor manufaktur.“Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam industri pulp and paper, namun belum optimal diusahakan,” katanya, Selasa (3/4).Dengan nilai investasi sebesar itu, Indonesia telah menempati urutan ke-9 negara pengekspor pulp terbesar dunia dengan rata-rata ekspor 1,6 juta ton pulp per tahun dibawah China, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Kanada, Finlandia, Swedia, dan Korea Selatan. Sementara dalam produksi kertas, Indonesia masuk 12 besar dengan rata-rata ekspor 1,7 juta ton per tahun.Selain Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Jepang, tambah Hadi, saat ini pasar yang sangat potensial adalah Asia, terutama China dan India. “Untuk permintaan kertas, Asia tetap memimpin dalam pertumbuhan pulp and paper di dunia,” katanya.Pada tahun 2010 hingga 2015, diperkirakan permintaan pulp dan kertas akan meningkat tajam. Begitu juga dengan suplainya. Tercatat, pada 2010 pertumbuhan pulp sebesar 4,3 juta ton akan meningkat pada 2025 menjadi 5,7 juta ton. Sementara berdasarkan produksi, volume industri pulp mencapai 26,5 juta ton dan pada tahun 2025 diprediksi akan meningkat menjadi 38,9 juta ton.Hadi mengatakan, secara global pertumbuhan pulp meningkat 2,6 persen per tahun. Hal ini dikarenakan adanya Asean China Free Trade Agreement (ACFTA). “Permintaan bubur kertas dari China terus meningkat hingga 139 persen sejak 2005. Potensi tersebut menguntungkan industri kehutanan di Indonesia,” ujarnya.Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas (APKI) Liana Bratasida mengatakan, industri di sektor ini memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja hingga 250 ribu orang dari 600 ribu pekerja kehutanan di Indonesia.Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas juga ditargetkan terus meningkat. "Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian juga mencanangkan program strategis pulp dan kertas sampai 2020," ujar Liana.Berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada 2011 lalu, jumlah kapasitas terpasang industri pulp sebesar 8,6 juta ton akan meningkat tahun 2020 menjadi 20,4 juta ton. Sementara kapasitas terpasang industri kertas pada 2011 sebesar 12,778 juta ton akan meningkat pada 2020 menjadi 19,8 juta ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News