Investasi industri tumbuh 29% capai Rp 167 triliun di semester I 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah investor dari sektor industri manufaktur masih percaya diri untuk merealisasikan investasinya di Indonesia, meskipun dalam tekanan dampak pandemi Covid-19. Geliat investasi ini akan memperkuat struktur manufaktur di tanah air sehingga bisa meningkatkan daya saing.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan seiring dengan berbagai upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama bagi para investor skala global. 

"Penerbitan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dapat memberikan sentimen positif kepada para investor untuk tetap menggelontorkan dananya di Indonesia. Pasalnya, ada berbagai kemudahan yang didapat oleh para pelaku industri. Apalagi, juga adanya tekad pemerintah dalam mendorong percepatan penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (28/7). 


Merujuk data Kementerian Investasi/BKPM, pada Januari-Juni 2021, realisasi investasi sektor industri adalah sebesar Rp167,1 triliun atau naik 29% dibanding periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp129,6 triliun. Pada semester I tahun ini, sektor industri berkontribusi hingga 37,7% dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp442,8 triliun. 

Baca Juga: Pelaku sektor properti dan industri material optimis bisa tumbuh

Adapun dua sektor industri primadona yang menjadi penyumbang terbesar, yakni kelompok industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang berinvestasi sebesar Rp 57,6 triliun atau berkontribusi 13%. Berikutnya adalah investasi dari industri makanan sebesar Rp36,6 triliun (8,3%). 

Sementara itu, sepanjang enam bulan ini, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri mencapai Rp46,3 triliun atau berkontribusi 21,6% dari total PMDN yang menembus Rp214,3 triliun. Sedangkan, nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri mencapai Rp120,8 triliun atau berkontribusi 52,9% dari total PMA yang menembus Rp228,5 triliun.

Sumbangsih nilai PMDN sektor industri tersebut, berasal dari investasi industri makanan sebesar Rp14,7 triliun yang meliputi sebanyak 2.644 proyek, kemudian industri kimia dan farmasi Rp8,4 triliun (1.074 proyek), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp6,8 triliun (643 proyek), industri kertas dan percetakan Rp5,4 triliun (615 proyek), serta industri mineral non-logam Rp4,7 triliun (435 proyek).

Selanjutnya, investasi industri karet dan plastik Rp3,2 triliun (765 proyek), industri tekstil Rp1,1 triliun (614 proyek), industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain Rp678 miliar (270 proyek), industri kayu Rp404 miliar (516 proyek), industri barang dari kulit dan alas kaki Rp143 miliar (101 proyek), industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam Rp130 miliar (471 proyek), serta industri lainnya Rp546 miliar (804 proyek).

Sumbangsih nilai PMA sektor industri terutama berasal dari investasi industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar US$ 3,4 miliar (550 proyek), industri makanan US$ 1,5 miliar (1.216 proyek), industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain US$ 961,2 juta (624 proyek), industri kimia dan farmasi US$ 818,2 juta (779 proyek), serta industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam US$ 371,4 juta (677 proyek).

Berikutnya, investasi industri kertas dan percetakan US$ 246,8 juta (239 proyek), industri mineral non-logam US$ 220,2 juta (161 proyek), industri barang dari kulit dan alas kaki US$ 187,5 juta (200 proyek), industri tekstil US$ 163,1 juta (560 proyek), industri karet dan plastik US$ 158,7 juta (527 proyek), industri kayu US$ 28,2 juta (231 proyek), serta industri lainnya US$ 141 juta (520 proyek).

Selanjutnya: Agar industri manufaktur tetap tumbuh, begini rekomendasi ekonom CORE

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .