JAKARTA. Rencana produsen pengolahan baja asal Jepang Kawashima untuk membangun pabrik metalik silikon terancam terhambat. Pasalnya, hingga kini mereka belum mendapatkan kepastian pasokan energi listrik. Baik pemerintah maupun Kawashima belum memiliki kesepakatan terkait sumber maupun harga listrik. Sebelumnya, Kawashima Group melalui anak perusahaannya Japan Silicon Co Ltd berencana membangun pabrik metalik silikon atau produk yang berasal dari pasir atau batu silika. Rencananya, pabrik senilai 1 miliar ini berlokasi di Sumatra Utara dengan kapasitas produksi 50.000 ton per tahun. Berkaitan dengan investasi tersebut, mereka membutuhkan pasokan listrik setidaknya 14 Mega Watt (MW) untuk memproses pengolahan batu silika menjadi metalik silikon. Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait mengatakan, Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris berharap agar pasokan listrik bagi Kawashima dapat dipasok dari kelebihan listrik milik PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). "Saat ini yang menjadi masalah adalah harga yang belum pas. Kami sedang mencari solusinya," ujar Effendi, kemarin. Untuk pasokan listrik, Kawashima meminta harga sebesar Rp 400 per kilo watt hour (kwh). Namun, pemerintah sulit memenuhinya. Sebab, Inalum tak dapat menjual langsung listriknya ke pihak swasta namun harus melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sementara PLN sulit memberikan harga sesuai permintaan Kawashima. BUMN energi ini menawarkan harga listrik ke Kawashima sebesar Rp 600 per kwh. Ternyata, tawaran harga yang diajukan PLN, dinilai belum memenuhi skala ekonomis bagi perusahaan asal Jepang itu. Mereka berpikir, pasokan listrik Inalum yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memiliki harga rendah bila dibandingkan dengan sumber pembangkit lain. Selain harga, Inalum mengaku tak bisa menjamin memberikan kelebihan pasokan listriknya selama setahun penuh. Masalah ini yang akan dibahas pemerintah antara lain Departemen Perindustrian, PT PLN, Kementrian BUMN, Otorita Asahan dan lainnya guna mencari jalan keluar bagi masalah pasokan listrik Kawashima ini. Pertemuan membahas masalah ini bakal berlangsung pada Kamis (15/1) mendatang. Effendi mengaku, saat ini Inalum memiliki kelebihan pasokan listrik sebesar 45 MW akibat melimpahnya debit air di Danau Toba. Namun, saat ini kelebihan pasokan sebesar 2 MW itu dikembalikan ke masyarakat Sumatera Utara melalui perantara PLN. Direktur Industri Elektronik Departemen Perindustrian (Depperin) Syarif Hidayat mengakui, proses negosiasi antara Kawashima dengan PLN tengah berlangsung. Dari harga yang ditawarkan PLN sebesar USD 6 sen per kwh, Kawashima meminta potongan harga."Kawashima menawar supaya bisa memperoleh harga USD 4 sen per kwh," jelas Syarif. Selain Indonesia, Kawashima juga melirik negara lain sebagai lokasi pendirian pabriknya, antara lain Laos dan Afrika Selatan. Meski begitu, Indonesia memiliki peluang terbesar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investasi Kawashima Terkendala Pasokan Listrik
JAKARTA. Rencana produsen pengolahan baja asal Jepang Kawashima untuk membangun pabrik metalik silikon terancam terhambat. Pasalnya, hingga kini mereka belum mendapatkan kepastian pasokan energi listrik. Baik pemerintah maupun Kawashima belum memiliki kesepakatan terkait sumber maupun harga listrik. Sebelumnya, Kawashima Group melalui anak perusahaannya Japan Silicon Co Ltd berencana membangun pabrik metalik silikon atau produk yang berasal dari pasir atau batu silika. Rencananya, pabrik senilai 1 miliar ini berlokasi di Sumatra Utara dengan kapasitas produksi 50.000 ton per tahun. Berkaitan dengan investasi tersebut, mereka membutuhkan pasokan listrik setidaknya 14 Mega Watt (MW) untuk memproses pengolahan batu silika menjadi metalik silikon. Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait mengatakan, Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris berharap agar pasokan listrik bagi Kawashima dapat dipasok dari kelebihan listrik milik PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). "Saat ini yang menjadi masalah adalah harga yang belum pas. Kami sedang mencari solusinya," ujar Effendi, kemarin. Untuk pasokan listrik, Kawashima meminta harga sebesar Rp 400 per kilo watt hour (kwh). Namun, pemerintah sulit memenuhinya. Sebab, Inalum tak dapat menjual langsung listriknya ke pihak swasta namun harus melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sementara PLN sulit memberikan harga sesuai permintaan Kawashima. BUMN energi ini menawarkan harga listrik ke Kawashima sebesar Rp 600 per kwh. Ternyata, tawaran harga yang diajukan PLN, dinilai belum memenuhi skala ekonomis bagi perusahaan asal Jepang itu. Mereka berpikir, pasokan listrik Inalum yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memiliki harga rendah bila dibandingkan dengan sumber pembangkit lain. Selain harga, Inalum mengaku tak bisa menjamin memberikan kelebihan pasokan listriknya selama setahun penuh. Masalah ini yang akan dibahas pemerintah antara lain Departemen Perindustrian, PT PLN, Kementrian BUMN, Otorita Asahan dan lainnya guna mencari jalan keluar bagi masalah pasokan listrik Kawashima ini. Pertemuan membahas masalah ini bakal berlangsung pada Kamis (15/1) mendatang. Effendi mengaku, saat ini Inalum memiliki kelebihan pasokan listrik sebesar 45 MW akibat melimpahnya debit air di Danau Toba. Namun, saat ini kelebihan pasokan sebesar 2 MW itu dikembalikan ke masyarakat Sumatera Utara melalui perantara PLN. Direktur Industri Elektronik Departemen Perindustrian (Depperin) Syarif Hidayat mengakui, proses negosiasi antara Kawashima dengan PLN tengah berlangsung. Dari harga yang ditawarkan PLN sebesar USD 6 sen per kwh, Kawashima meminta potongan harga."Kawashima menawar supaya bisa memperoleh harga USD 4 sen per kwh," jelas Syarif. Selain Indonesia, Kawashima juga melirik negara lain sebagai lokasi pendirian pabriknya, antara lain Laos dan Afrika Selatan. Meski begitu, Indonesia memiliki peluang terbesar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News