Investasi konsolidasi Astra International (ASII) sekitar Rp 20 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) memprediksi tidak membutuhkan banyak belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun ini.

Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti menyampaikan bahwa pihaknya tetap fleksibel dalam mempersiapkan belanja pada 2019. Dengan asumsi tidak memiliki investasi besar, ASII menyebut investasi konsolidasi pada 2019 sekitar Rp 20 triliun.

Ia melanjutkan bahwa biasanya capex ASII tiap tahun diumumkan saat kinerja full year tahun sebelumnya sudah keluar. “Jadi proyeksi capexnya sudah berdasarkan pencapaian paling update dari tahun sebelumnya,” kata Tira kepada kontan.co.id beberapa waktu lalu.


Tira pun menjelaskan bahwa normalnya ASII menggunakan capex di kisaran Rp 13 triliun hingga Rp 15 triliun untuk belanja modal konsolidasi tiap tahunnya. Tapi ia bilang, untuk tahun 2018 kemungkinan sekitar Rp 22 triliun, bahkan bisa lebih karena ada akuisisi Tambang Martabe oleh anak usaha PT United Tractor Tbk (UNTR) yang nilai investasi sebesar Rp 17 triliun.

“Maka bisa saja tahun 2019 capexnya turun lagi karena tidak ada investasi besar, sehingga kembali lagi ke sekitar Rp 20 triliun. Jadi kami fleksibel,” imbuhnya.

Sebelumnya Head Corporate Communications Astra International, Boy Kelana Soebroto mengatakan, capex ASII secara konsolidasi di 2018 bisa mencapai sekitar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun, terutama untuk bisnis kontraktor tambang Martabe melalui PT Pamapersada Nusantara, anak perusahaan UNTR, ekspansi jaringan otomotif, jalan tol, properti dan termasuk investasi di Go-Jek.

Lalu soal rencana ekspansi baru di 2019, Boy bilang dalam ekspansi, Astra selalu melihat potensi dari kelas menengah di Indonesia yang diperkirakan menjadi penopang pertumbuhan Indonesia ke depan.

“Namun, kami tidak dapat mengungkapkan saat ini karena Astra adalah perusahaan publik yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia, sehingga kami harus mengikuti peraturan pasar modal, terutama mengenai kesetaraan informasi,” papar Boy.

Tira menambahkan bahwa untuk tahun 2019, dari sisi pengembangan portofolio bisnis, kemungkinan ASII akan mencari bisnis baru yang sizeable karena aset Astra sudah besar. “Selain itu, kami juga mencari bisnis yang dapat menciptakan nilai tambah. Jika kami masuk ke suatu bisnis, apalagi jika joint venture, maka harus culturally fit serta bisa menciptakan sinergi,” lanjut dia.

Namun Tira belum memaparkan lebih detail soal rencana investasi di tahun 2019 ini. Tira juga menyebutkan bahwa di 2018, ASII berinvestasi di digital, melalui investasi di Go-Jek dengan nilai investasi sebesar Rp 2 triliun. ASII juga membentuk joint venture dengan mendirikan Astra Welab. Di perusahaan ini, Astra lewat PT Sedaya Multi Investama menggenggam 60% saham. Sementara modal dasar pendirian perusahaannya sebesar US$ 21 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati