Investasi melambat, ekonom ini proyeksi ekonomi semester II tumbuh 5,1%-5,2%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah tak yakin pertumbuhan ekonomi melebihi 5,1% pada semester II. Terutama disebabkan oleh investasi yang melambat. 

"Saya cenderung meyakini pertumbuhan pada kuartal III dan kuartal IV akan lebih lambat dibanding kuartal II yang di kisaran 5,1%," jelas Piter kepada Kontan.co.id, Minggu (23/9).

Piter melihat musim ini investasi akan melambat. Penyebabnya adalah persoalan implementasi Online Single Submission (OSS) yang tidak sesuai rencana.


Sejak Juli lalu, Badan Koordinasi Penanam Modal (BKPM) menghentikan sementara proses perizinan usaha untuk masuk ke sistem. Kondisi ini menghambat realisasi investasi terutama di kuartal tiga dan empat. Alih-alih mempermudah proses perizinan dan investasi, OSS malah menyebabkan perlambatan investasi. Kondisi ini dapat menyebabkan pemerintah sulit memenuhi target investasi mencapai 6,9%-7%.

"Kalau tidak cepat diatasi bukan tidak mungkin perlambatan investasi akan berlanjut ke tahun 2019," ungkapnya.

Piter sepakat pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada perkembangan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga semenjak kuartal dua memang menunjukkan tren yang terus membaik. Pada kuartal dua, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai 5,1%. 

Hanya saja, lagi-lagi faktor investasi tidak bisa diremehkan. Apabila konsumsi rumah tangga naik, namun investasi melambat, pertumbuhan ekonomi bisa jadi tak sesuai target.

Sedangkan faktor pelemahan rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa sektor justru diuntungkan dengan kondisi melemahnya rupiah, khususnya pertambangan dan perkebunan.

Kondisi rupiah yang melemah ini, menurut Piter juga tidak dapat mendorong ekspor. Sebelumnya, Kementerian Keuangan juga berharap ekspor-impor juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi rupiah yang lemah, mereka memproyeksikan impor akan turun karena daya beli turun. Sehingga kondisi ini dapat meningkatkan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi