Investasi melorot, target produksi migas dipangkas



JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) merevisi program kerja dan anggaran alias work program and budgeting (WP&B) kontraktor migas tahun 2015 ini. Pasalnya, pemerintah memprediksi target investasi migas tak tercapai.

Benny Lubiantara, Head of Division, Work Program & Budget Management SKK Migas menyatakan, dari hasil revisi kasar yang sudah diterima, investasi hulu migas hasil revisi turun 15% dari sebelumnya ditargetkan sebesar US$ 22 miliar. Sebab, investasi migas tahun ini kemungkinan US$ 19 miliar.

Walhasil, "Anggaran cost recovery otomatis juga turun dari US$ 20 miliar menjadi US$ 16 miliar," ujar Benny Lubiantara kepada KONTAN, Senin (15/6).


Sebagai ilustrasi, jika kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) hari ini, Senin (15/6) membangun platform dengan nilai US$ 100 juta dan baru selesai tahun depan, maka cost recovery-nya baru mulai dibayarkan tahun depan. Karena itu, akan dibayar sesuai depresiasinya, misalnya US$ 20 juta selama 5 tahun.

Dampak dari melorotnya investasi ini, kontraktor migas juga memangkas target produksi minyak pada 2015. Jika semula mereka menargetkan 850.000 barel per hari, turun 2,5% menjadi 828.000 barel per hari sampai 825.000 bph. Demikian pula dengan produksi gas juga direvisi berkurang sekitar 3% dari 6.600 mmscfd jadi 6.400 mmscfd.

Benny menjelaskan, revisi  rencana kerja tahun ini karena saat menyusun akhir tahun lalu, harga minyak mentah masih US$ 105 per barel. Padahal, kini anjlok di kisaran US$ 60 per barel.

Kepala Sub Bagian Komunikasi dan Protokol SKK Migas Zuldadi Rafdi, bilang SKK Migas belum mengeluarkan angka hasil revisi rencana kerja dan anggaran 2015 sebagai akibat melemahnya harga minyak mentah dunia.

"Saya kira angka -angka itu masih asumsi saja, karena sampai sekarang masih  ada dua perusahan yang belum selesai melakukan revisi WP &B dengan SKK Migas, yaitu Chevron dan Mondor," kata Zuldadi.

Pertamina paling dalam

Diantara semua KKKS yang melakukan revisi, kata Benny, KKKS yang paling besar merevisi angka target produksinya adalah Pertamina EP. Kepala Humas Pertamina EP Muhamad Baron bilang, menurunnya target produksi minyak tahun ini sebesar 9,3%, dari 128.000 barel per hari menjadi 116.000 bph. Sementara itu target produksi gas Pertamina EP stabil pada kisaran 1.050 mmscfd-1,060 mmscfd.

Head of Departement of Media Relations Total EP Indonesie Kristanto Hartadi mengatakan, Total EP memang merevisi investasi di hulu migas antara 10%-15% dari US$ 2,5 miliar menjadi US$ 2,3 miliar. Namun, Kristanto enggan mengomentari dampak lemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada minat berinvestasi di industri migas Indonesia.

Sementara Tax and Insurance Manager Premier Oil Zahra Mulachella menyatakan tidak mengetahui secaara persis berapa besaran revisi WP&B perusahaannya. Ia juga enggan mengomentari iklim investasi migas Indonesia seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Masalah itu domainnya kantor pusat," bebernya.

Sementara itu, Erwin Maryoto, Vice President Government Affair ExxonMobil bilang dirinya tidak bisa mengungkapkan besaran revisi WP&B kepada publik. Namun, Erwin memastikan tidak akan ada pengurangan dari target produksi migas Exxon pada tahun ini. "Bahkan tahun ini kami akan mencapai puncak produksi 200.000 bph di Banyu Urip," ujarnya.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia