KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan investasi migas secara berkala terkecuali pada 2018. Pada tahun 2018 terjadi perbaikan kinerja dibanding tahun 2017, kendati demikian capaian tahun 2018 ternyata tak lebih baik dari capaian 2014-2016. Pada tahun 2014, sebagai contoh realisasi investasi migas mencapai US$ 21,72 miliar. Angka ini turun pada tahun 2015 dengan besaran investasi US$ 17,98 miliar. Pada tahun 2016 terjadi penurunan kembali, realisasi investasi migas yang dicatatkan sebesar US$ 12,73 miliar.
Tren penurunan ini berlanjut di tahun 2017 dimana besaran realisasi investasi yang diperoleh yakni US$ 11,03 miliar atau yang terendah dalam lima tahun terakhir. Sementara itu pada tahun 2018, terjadi perbaikan kinerja yang dibuktikan dengan kenaikan realisasi investasi sebesar US$ 12,68 miliar. Menanggapi hal tersebut, SKK Migas melalui Kepala Divisi Program dan Komunikasi Wisnu Prabawa Taher bilang untuk investasi hulu migas secara khusus cukup terpengaruh oleh tren harga minyak dunia. "Alangkah baiknya berfokus pada capaian 2018 dimana terjadi peningkatan dibanding 2017," ujar Wisnu ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/5). Lebih lanjut Wisnu bilang capaian 2018 didorong oleh kondisi harga minyak dunia yang lebih membaik dibanding periode sebelumnya. Sekedar informasi, pada tahun 2018 investasi migas ditargetkan sebesar US$ 15,42 miliar sementara realisasi investasi migas di tahun tersebut sebesar US$ 12,68 miliar atau mencapai 82,26% Kontribusi dalam realisasi investasi migas tiap tahunnya didominasi oleh investasi hulu migas. Sebagai contoh di tahun 2018, investasi hulu migas mencapai US$ 11,99 miliar atau meningkat ketimbang pencapaian dua tahun sebelumnya (2016-2017). Investasi produksi migas menjadi sektor yang memberi kontribusi terbanyak dengan besaran di atas US$ 8 miliar atau sebesar 73% dari total investasi hulu migas di 2018. Sementara itu sektor pengembangan memberikan sumbangsih sebesar US$ 1,32 miliar dan sektor eksplorasi sebanyak US$ 786 juta. Sayangnya perbaikan kinerja realisasi investasi hulu migas tidak diikuti oleh realisasi investasi hilir migas. Investasi hilir migas terus menunjukkan penurunan dalam lima tahun terakhir. Adapun capaian terbaik investasi hilir migas terjadi di tahun 2015. Pada kurun waktu tersebut, investasi hilir mencapai US$ 2,64 miliar. Pasca 2015 realisasi investasi hilir terus menunjukkan tren penurunan. Bahkan pada tahun 2018 realisasi investasi hilir mencapai titik terendahnya yakni sebesar US$ 689 juta. Berdasarkan laporan kinerja diungkapkan bahwa investasi hilir migas 2018 terhambat dikarenakan adanya kendala pendanaan pada proyek penyimpanan LNG di Cilegon. Selain itu adanya penundaan proyek pembangunan pipa transmisi gas West Natuna Transportation System (WNTS) – Pemping dikarenakan
over supply pada pembangkit listrik di Batam juga menyebabkan target investasi hilir tidak tercapai. Dihubungi terpisah, Anggota Komite BPH Migas Jugi Parjogio bilang pada tahun 2018 tidak adanya investasi besar di sektor pipa cukup mempengaruhi kinerja realisasi investasi hilir. "Beberapa badan usaha berfokus pada pipa distribusi yang nilai belanja modalnya tidak cukup besar," jelas Jugi, Kamis (2/5). Perlu kebijakan efektif dan kepastian investasi Di sisi lain, Pengamat Energi Pri Agung Rakhmanto bilang tren penurunan harga minyak pada tahun 2014-2016 cukup mempengaruhi investasi. Sementara itu, ia menambahkan pada tahun 2017 harga minyak mulai
rebound atau menunjukkan perbaikan. "Pada 2018 harga minyak mulai tinggi lagi, sehingga investasi di semua negara mengalami kenaikan," jelas Pri ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/5). Lebih lanjut ia menyebut, investasi migas sangat dipengaruhi oleh tren harga minyak, namun ada dua aspek lain yang tidak kalah penting mempengaruhi realisasi investasi migas. "Adanya kebijakan yang menimbulkan ketidakpastian," ujar Pri. Sayangnya ia enggan merinci contoh kebijakan yang dimaksud. Selain itu Pri menambahkan perlunya upaya pemerintah dalam memberikan kepastian investasi. Jika tidak ada kepastian dalam investasi bukan tidak mungkin para investor akan memilih menanamkan modalnya di negara maju maupun negara lain yang sanggup memberikan kepastian investasi. Optimis kinerja membaik Wisnu mengungkapkan pada tahun 2019, realisasi investasi akan lebih optimal khususnya dalam investasi hulu migas. "Ke depannya makin banyak proyek yang
on stream," jelas Wisnu. Selain itu ia menambahkan terjadinya peningkatan volume pengeboran yang lebih besar juga akan memberi kontribusi yang positif. Berdasarkan laporan Kontan.co.id beberapa waktu lalu, investasi hulu migas hingga kuartal I 2019 mencapai US$ 2,22 miliar atau 15% dari target di tahun 2019 sebesar US$ 14,7 miliar. Sisi positif dari capaian kuartal I ini adalah adanya pertumbuhan 10% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sementara itu Jugi mewakili BPH Migas bilang ada beberapa peluang perbaikan kinerja antara lain; perkembangan pipa Pertagas yakni pipa Gresik-Semarang yang hampir tuntas tersambung serta gas Jambaran tiung biru yang direncanakan
on stream pada 2021. "Pipa Duri-Dumai sudah mulai
gas-in," ungkap Jugi. Namun ia menambahkan perlu dipastikan pembukuan belanja modal proyek tersebut terhitung dit ahun yang mana. Selain itu ia menambahkan hingga saat ini sekitar 18 Badan Usaha telah mengajukan permohonan Wilayah Jaringan Distribusi (WJD) pengangkutan gas dan Wilayah Niaga Tertentu (WNT). Dari 18 BU tersebut, sekitar 5 BU telah menyelesaikan
feasibility studies (fs) dan sisanya dalam tahap penyelesaian fs. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi