Investasi Nalco Terhambat Pasokan Batubara



JAKARTA. Rencana investasi National Aluminium Company Limited (Nalco Ltd.) di Indonesia bakal sedikit terhambat. Pasalnya, hingga kini, produsen aluminium asal India itu belum mendapatkan kepastian pasokan batubara yang bakal menjadi bahan bakar pabrik mereka.Nalco berencana membangun pabrik pengolahan (smelter) logam aluminium di Tanjung Api Api, Sumatera Selatan (Sumsel), senilai US$ 4 miliar. Mereka menjadwalkan, konstruksi pabrik berkapasitas 500.000 ton per tahun itu akan dimulai pada 2010 dan selesai pada 2011.Selain untuk bahan bakar pabrik, Nalco juga membutuhkan batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik. Sebab, di lokasi yang sama, mereka akan mendirikan pembangkit setrum berkapasitas 1.250 megawatt (MW). Untuk menyelesaikan masalah ini, hingga kini Nalco masih bernegosiasi dengan pemerintah daerah Sumsel.Nalco butuh pasokan batubara lima juta ton pertahun. “Dia (Nalco) minta segitu karena mempunyai power plant 1.250 MW. Sampai sekarang dia belum mendapatkan pasokan itu,” kata I Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal Industri Logam Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin), Selasa (11/8).Kata Putu, beberapa perusahaan tambang batubara sebenarnya sudah siap menjual batubara ke Nalco, tapi jumlahnya masih belum mencukupi kebutuhan mereka. “Pemda berjanji akan mendukung penuh agar investasi Nalco ini terealisasi karena efek dominonya besar. Mereka juga tak ingin realisasi menjadi molor,” katanya.Sementara untuk menutup kebutuhan bauksit, dalam lima tahun sejak beroperasi, Nalco akan mengambil langsung bauksit dari India. Nantinya, pabrik Nalco akan mengolah bauksit ini menjadi alumina dan ingot, bahan baku aluminium. Setelah lima tahun, Nalco baru akan mengambil bauksit dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Keduanya sepakat bekerjasama mengolah bauksit dari Kalimantan Barat. Jika pabrik beroperasi, Nalco memastikan akan mengutamakan hasil produksinya untuk Indonesia. Sebab, saat ini kebutuhan alumina dan ingot nasional mencapai 300.000 ton per tahun, sementara pasokan produsen lokal hanya 70.000 ton per tahun.“Selama ini kami impor sisanya dari India, Timur Tengah, dan lainnya," kata Abu Bakar Subiantoro, Ketua Asosiasi Aluminium Indonesia. Maka, ia sangat senang mendengar rencana pembangunan pabrik Nalco tersebut. Hingga kini, kata Abu Bakar, di Indonesia hanya ada satu perusahaan yang memproduksi bahan baku aluminium, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), di Sumatera Utara (Sumut). Depperin mencatat, 76 perusahaan menggeluti bisnis hilir aluminium dengan total kapasitas produksi 644.000 ton dan utilisasi pabrik 88%. Beberapa perusahaan ini sudah mengekspor. Pada 2008, ekspor produk aluminium nasional mencapai US$ 700 juta atau tumbuh 16,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan