KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi menjadi salah satu instrumen investasi dengan kinerja ciamik tahun ini. Kinerja obligasi negara yang tercermin dari INDOBEX Government Total Return tercatat naik 14,74% secara
year to date (ytd). Kinerja obligasi korporasi yang tercermin dari INDOBEX Corporate Total Return tercatat tumbuh 10,98% secara ytd. Kinerja obligasi ini jauh lebih baik ketimbang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih turun lebih dari 4% sejak awal tahun hingga kemarin. Head Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengungkapkan, tren positif instrumen obligasi masih akan kembali berlanjut pada tahun depan. Yudha menilai,
yield obligasi Indonesia yang masih lebih tinggi dibanding
peers akan menjadi daya tarik utama bagi investor, khususnya investor asing.
“Paling baru, Amerika Serikat (AS) sudah menyetujui stimulus senilai US$ 2,3 triliun yang akan membuat likuiditas semakin berlimpah. Dengan
yield di negara maju yang cenderung rendah, maka investor asing akan mengalihkan dananya ke
emerging markets, termasuk Indonesia. Tentu ini menjadi angin segar bagi obligasi Indonesia yang saat ini kepemilikan asing masih di bawah 30%,” kata Yudha kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12). Yudha optimistis Indonesia akan menjadi tujuan investor asing bukan karena
yield yang lebih unggul dibanding peers semata. Ia menilai, dari sisi fundamental, Indonesia saat ini dinilai cukup baik. Mulai dari kemampuan mengelola kebijakan fiskal, stabilitas nilai tukar, adanya dana PEN, hingga anggaran defisit yang tidak selebar negara lain.
Baca Juga: Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi mendekati tutup tahun 2020 Belum lagi, Yudha melihat ada kemungkinan dolar AS yang masih melemah akan membuat rupiah bergerak menguat. Dia bilang, secara historis, penguatan rupiah akan memancing aliran dana ke obligasi dikarenakan investor asing akan memanfaatkan peluang tersebut untuk mendapatkan
forex gain alias keuntungan dari selisih nilai tukar. Tak hanya obligasi negara, prospek obligasi korporasi diperkirakan juga akan lebih menarik pada tahun depan karena kupon yang ditawarkan lebih tinggi. Hanya saja, Yudha mengingatkan, pemulihan ekonomi akibat Covid-19 masih perlu waktu, sehingga investor harus tetap selektif dalam memilih
underlying asset. Bagaimanapun, acanaman
default masih cukup tinggi. Walaupun punya prospek yang menarik, Yudha tak menampik masih ada sentimen negatif yang membayangi pasar obligasi Indonesia. Mulai dari ancaman adanya mutasi virus Covid-19 yang disebut lebih mudah menyebar, hingga efektivitas program vaksinasi di Indonesia. Jika sampai, vaksinasi mengalami hambatan, maka pemulihan ekonomi dapat berjalan lebih lambat dari perkiraan. “Jadi, strategi diversifikasi untuk obligasi masih sangat penting. Sebesar 70%-75% bisa ditempatkan pada obligasi negara karena aset ini bisa dibilang bebas risiko. Adapun, durasi 10-20 tahun bisa jadi pilihan yang paling ideal. Hal ini karena semakin panjang durasi, maka apresiasi harganya juga akan semakin tinggi,” tambah Yudha.
Baca Juga: Ekonom proyeksikan investasi portolio tahun depan akan lebih baik Lebih lanjut, Yudha menerangkan, sisanya bisa ditempatkan pada obligasi korporasi untuk mengejar
return yang lebih tinggi dibanding obligasi negara. Dengan syarat, penerbit obligasi korporasi merupakan perusahaan dengan sokongan grup besar yang kuat dan berasal dari sektor yang cenderung minim terdampak Covid-19. Kedua hal tersebut menjadi penting karena berpengaruh terhadap
cash flow, proses
funding maupun
refinancing perusahaan ke depannya. Sektor yang jadi pilihan Yudha adalah sektor
consumer goods dan telekomunikasi yang dinilai tidak terkena dampak Covid-19 sebesar sektor lainnya. Adapun, untuk
rating, ia merekomendasikan obligasi korporasi dengan
rating minimal AA.
“Walaupun kemampuan bayar perusahaan relatif membaik pada tahun depan, sebaiknya obligasi korporasi
non-investment grade dihindari. Pemulihan ekonomi dan vaksinasi masih perlu waktu, jadi risiko masih besar. Lagipula, masih banyak kelas aset lain yang lebih menarik baik dari segi
risk maupun
return,” tutur Yudha. Pada tahun depan, Yudha memperkirakan kupon obligasi korporasi yang punya
rating AA dengan tenor tiga tahun akan berada di kisaran 7,25%-8,00%. Sementara untuk
yield obligasi negara seri acuan 10 tahun, Yudha memperkirakan akan ada di kisaran 5,5%-5,75%
Baca Juga: Kebijakan moneter longgar memompa likuiditas dan mengangkat obligasi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati