Investasi obligasi global masih cukup menjanjikan di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi global masih memiliki prospek yang menjanjikan pada tahun ini dari segi penerbitan. Kendati begitu, investor tetap dituntut cermat ketika berinvestasi pada instrumen tersebut.

Seperti yang diketahui, belum lama ini PT Alam Sutera Tbk (ASRI) berencana menerbitkan obligasi global. Moody’s Investor Service telah menyematkan peringkat B2 pada obligasi tersebut yang akan rilis di Singapura.

Selain itu, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) berencana membeli kembali (buyback) obligasi global yang diterbitkannya pada 2016 silam. Emiten ini tengah melakukan finalisasi pinjaman sindikasi senilai US$ 135 juta untuk menuntaskan aksi korporasi tersebut.


Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia, Fikri C. Permana menilai, peluang penerbitan obligasi global baik oleh pemerintah dan korporasi terbilang positif pada tahun ini. Hal tersebut dipicu oleh tren penguatan rupiah dan stabilnya yield surat utang global yang terjadi di awal tahun.

Alhasil, perusahaan dapat terhindar dari risiko kerugian kurs maupun meningkatnya beban cost of fund kupon obligasi global yang diterbitkan.

Selain itu, terjaganya pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018, khususnya di kuartal IV, membuat persepsi risiko investasi Indonesia di mata investor global cukup positif secara makro. Ini membuat obligasi global dari Indonesia berpotensi ramai diburu oleh investor.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management, Rio Ariansyah sepakat, kondisi pasar obligasi di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, cukup kondusif di awal tahun ini.

Investor global pun mulai berani melirik instrumen yang diterbitkan oleh negara berkembang di tengah ancaman resesi di negara maju.

Wajar apabila nantinya akan ada sejumlah perusahaan yang memanfaatkan momen kondusifnya pasar di emerging market untuk menerbitkan obligasi global.

“Obligasi global dari Indonesia bisa jadi instrumen alternatif pengganti US Treasury atau obligasi negara maju lainnya,” ungkapnya, hari ini (16/1).

Maka dari itu, perusahaan memang dituntut bisa memberi tawaran kupon yang lebih atraktif untuk obligasi globalnya. Dalam hal ini, kupon obligasi global mesti lebih tinggi dari yield obligasi tempat instrumen tersebut diterbitkan.

Ambil contoh apabila suatu obligasi global Indonesia terbit di AS. Yield US Treasury tenor 5 tahun per hari ini berada di level 2,55%. Dengan demikian, paling tidak obligasi global asal Indonesia dengan tenor serupa bisa menawarkan kupon dengan spread 150 bps di atas yield US Treasury.

“Ini pun masih relatif tergantung peringkat masing-masing obligasi global. Mekanismenya sama seperti obligasi lokal. Kalau peringkatnya rendah, maka spread makin lebar,” jelas Rio.

Di sisi lain, Fikri berpendapat, kupon obligasi global korporasi juga mesti menyesuaikan dengan kupon obligasi global pemerintah asal perusahaan penerbit. Sebab, para investor kerap membandingkan perbedaan kupon obligasi global yang diterbitkan korporasi dan pemerintah.

“Apalagi investor juga memandang obligasi global korporasi punya risiko gagal bayar yang lebih besar dari pemerintah,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto