KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan cepat mengambil langkah berinvestasi di startup lewat anak perusahaan modal ventura saat booming digitalisasi. Kini investasi yang telah dikucurkan ke start up mulai menampakkan hasil. Bank Mandiri misalnya, gemar berinvestasi ke fintech dan fintech enablers lewat Mandiri Capital Indonesia (MCI). CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menyatakan, nilai valuasi dari startup yang sudah diinvestasi sudah naik lebih dari tiga kali lipat. Tak hanya itu, salah satu portofolio Mandiri Capital sudah ada yang dijual (exit) ke pihak lain, Moka POS yang diakuisisi oleh GoJek.
“Pertimbangan untuk melepas start up itu tergantung strategi masing-masing perusahaan modal venturanya. Ada yang mau realisasi
gain atau
loss. Atau ada juga yang perlu dana untuk diinvestasikan kembali ke start up lain,” ujar Eddi kepada Kontan.co.id, Selasa (26/10). Sayangnya, Eddi belum mau merinci berapa dana segar yang sudah dikucurkan kepada para startup tersebut. Ia juga tidak menyebutkan strategi apa yang digunakan oleh Mandiri Capital saat memutuskan untuk melepas portofolio.
Baca Juga: Para start up perhatian, ada ajang angle investors week Hingga ini, Mandiri Capital Indonesia memiliki portofolio 15 start up yakni Mekari, Cashlez, Amartha, Privyid, PT PTEN, Goto, Halofina, Bukalapak, Koinworks, iSeller, Investree, LinkAja, Crowde, Yokke, dan Ayoconnect. Jelang akhir tahun, Mandiri Capital tengah melakukan
due diligence untuk masuk ke dua fintech lagi. Pada 2022, rencananya Mandiri Capital akan investasi ke 3 hingga 4 start up baru. Untuk investasi yang
follow on funding, mungkin ke 2 hingga 3 start up. Kebutuhan dananya belum bisa saya
share, nanti saya dibombardir
pitch decks dari banyak start up,” paparnya. Tak mau kalah, Bank Central Asia (BCA) juga gemar berinvestasi ke startup lewat anak perusahaan Central Capital Ventura (CCV). Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan telah menyuntikkan dana segar kepada 22 fintech dan startup seperti pengembang gim. “Ini kalau kami lihat, valuasinya sudah bagus. Jadi banyak sekali investasi kami ke start up itu sudah mulai kelihatan hasilnya. Bersama kami (BCA), banyak investor global seperti Softbank dan Sequoia Capital juga masuk ke kita investasi. Artinya kami tidak salah pilih,” jelas Jahja. Ia berharap portofolio startup itu bisa mendukung bisnis digital yang dimiliki oleh bank swasta terbesar itu. Sayangnya, Jahja tidak merinci modal yang akan ditambah untuk memperkuat CCV. Namun, ia memastikan, BCA siap memberikan pendanaan bila dibutuhkan selama investasi itu menghasilkan. Adapun portofolio yang dimiliki oleh CCV hingga saat ini ialah OY!, Qoala, Airwallex, KlikAcc, Akseleran, Agate, Sinbad, Railsbank, Wallex, Element, 6Estates, Bambu, Pomona, Silot, Julo, GPN, Ceesuite, dan Impact Credit Solutions. Tak hanya bank besar, bank kecil juga mulai mencoba peruntungan di dunia digital dengan mendirikan modal ventura. Bank BTPN Syariah (BPTS) resmi mendirikan anak usaha, PT BTPN Syariah Ventura. Direktur Kepatuhan dan Sekretaris Perusahaan BTPS Arief Ismail mengatakan, entitas anak itu sudah efektif menjalan usaha setelah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga: Kini investor ritel bisa berinvestasi di UMKM dan startup, begini caranya Arief menambahkan, pembentukan entitas anak tersebut untuk menunjang kegiatan usaha sekaligus menjadi aspirasi perusahaan dalam mewujudkan ekosistem digital di sektor perbankan. Aksi korporasi tersebut, tidak berdampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha emiten. BTPS telah menetapkan modal dasar sebesar Rp 80 miliar. Kemudian modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 20 miliar untuk pendirian BTPN Syariah Vantura. Mayoritas anak usaha ini dimiliki oleh BTPN Syariah.
BTPS menggenggam 99% saham atau setara dengan Rp 19,80 miliar. Sementara sisanya dimiliki induk BTPN Syariah yakni PT Bank BTPN tbk (BTPN) sebesar 1% atau setara dengan Rp 200 juta. Bank Tabungan Negara (BTN) juga tengah mengakuisisi salah satu modal ventura untuk membentuk ekosistem digital di sektor properti. Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo bilang saat ini prosesnya masih dalam
due diligence. Anak usaha ini nantinya akan menjadi kendaraan bagi BTN dalam membesarkan bisnis
asset management, payment, hingga
switching ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari