JAKARTA. Industri petrokimia menjadi salah satu sektor bisnis yang mengundang daya tarik di Indonesia. Sampai 2018 mendatang, investasi sektor ini diperkirakan mencapai nilai US$ 1,2 miliar. Muhammad Khayam, Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian bilang, rencana investasi ini rata-rata berupa pengembangan pabrik yang sudah ada. "Ini investasi jangka pendek," kata Khayam, Kamis (19/3). Ada lima perusahaan yang berniat untuk investasi jangka pendek ini (lihat tabel). PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), akan menambah investasi US$ 380 juta. Mereka ingin menambah produksi naphta cracker ditargetkan rampung Januari 2016. Jika terealisasi, ekspansi ini menambah produksi etilena dari 600.000 ton per tahun menjadi 860.000 ton per tahun.
Nama Perusahaan | Nilai investasi | Peruntukkan | Realisasi |
PT Chandra Asri Petrochemical | US$ 380 juta | Tambahan produksi etilena dari 600.000 ton jadi 860.000 ton per tahun Tambah produksi propilena dari 320.000 ton jadi 470.000 ton per tahun Tambah produksi mixed C4 dari 220.000 ton per tahun jadi 315.000 ton per tahun Tambah produksi py-gas dari 280.000 ton per menjadi 400.000 ton per tahun | 2016 |
PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) | US$ 350 juta | Investasi baru untuk produksi syterene butadiene rubber berkapasitas 80.000 ton / tahun Produksi poly butadiene rubber berkapasitas 40.000 ton per tahun | 2017 |
PT Asahimas Chemical | US$ 400 juta | Tambah produksi PVC sebesar 350.000 ton tahun Tambah produksi soda kaustik 200.000 ton per tahun | 2017-2018 |
PT BP Petrochemical | US$ 150 juta | | 2017-2018 |
PT Polychem Indonesia Tbk | Tak ada data | Tambah produksi mono ethlylene glycol 480.000 ton per tahun | Tak ada data |