Investasi Proyek Banyu Urip Infill Clastic Capai Rp 3,25 Triliun



KONTAN.CO.ID - BOJONEGORO. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa tambahan produksi minyak dari Blok Cepu, yang dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara.

Peresmian minyak perdana dari proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) yang memproduksikan tambahan minyak sebesar 42,92 juta barel (MMBO) dilakukan pada Jumat (9/8) di Bojonegoro.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyebutkan bahwa total investasi proyek ini mencapai US$ 203,5 juta (Rp 3,25 triliun), dan diperkirakan dapat menambah penerimaan negara sekitar US$ 2,1 miliar (Rp 33,6 triliun).


Proyek BUIC mencakup pengeboran tujuh sumur di Lapangan Banyu Urip, yang terdiri dari lima sumur infill dan dua sumur clastic. Sumur B-13 merupakan sumur pertama dari total tujuh sumur yang dibor dengan menggunakan rig PDSI-40.3 sejak empat bulan lalu.

Baca Juga: Ini Strategi Kementerian ESDM untuk Naikkan Produk Minyak

Dwi menambahkan, dua sumur dari proyek ini, yaitu Sumur B12 dan B13, diharapkan dapat memberikan kontribusi produksi rata-rata tahunan sebesar sekitar 9.285 barel per hari (BOPD) pada tahun 2024. Meskipun ada penundaan pada peluncuran sumur pertama, SKK Migas tetap berharap proyek BUIC dapat memenuhi target yang ditetapkan dalam WP&B 2024.

Tiga sumur lainnya dari proyek ini, yaitu Sumur C13, C14, dan C19, dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada kuartal pertama 2026. Dua sumur clastic, yaitu C15 dan C21, juga diharapkan dapat memberikan data lebih akurat mengenai potensi kandungan minyak Lapangan Banyu Urip, dengan perkiraan cadangan 3P sebesar sekitar 670 juta barel minyak.

"Proyek BUIC ini diharapkan akan mencapai produksi puncak pada tahun 2027 dengan level produksi 19.000 BOPD," ujar Dwi.

Ia juga menyoroti penggunaan rig hasil karya anak bangsa, yang dibangun di Indonesia dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), sebagai salah satu pencapaian nasional dalam proyek ini.

Dwi menambahkan bahwa produksi dari Blok Cepu merupakan penyumbang produksi migas nasional terbesar kedua saat ini, dan sedikit gangguan di blok ini dapat mempengaruhi profil produksi nasional secara signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .