Investasi proyek migas abadi dan IDD dipangkas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong pengembangan proyek migas skala jumbo yang juga masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional, yaitu proyek Lapangan Abadi Blok Masela, proyek Indonesia Deep Water Development (IDD), proyek Tangguh Train III, dan Proyek Jambaran Tiung Baru. Keempat proyek ini pun memasuki tahapa baru pada tahun 2019.

Lihat saja proyek Lapangan Abadi Blok Masela yang dioperatori oleh Inpex Corporation yang tahun ini ditargetkan bisa menyelesaikan proses revisi Plan of Development (POD) I. Senior Manager Communication & Relations INPEX, Masela Mohammad Berly mengatakan target Inpex pada thaun ini memang menyelesaikan revisi POD I.

"Milestone Inpex adalah Pre-FEED, POD I revisi, dan FEED. Target Inpex POD I revisi tahun ini," ungkap Berly kepada Kontan.co.id, Selasa (15/1).


Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto bahkan menyebut dalam dua minggu ini, SKK Migas, Inpex dan para ahli akan membahas masalah teknis pengembangan Blok Masela. Targetnya pada akhir Januari atau awal Februari, revisi POD Blok Masela akan diserahkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Setelah itu dari teknis sudah final, kami hitung capex sampai IRR sehingga apa-apa yang proposalnya itu bisa kami review. Mudah-mudahan di akhir Januari paling lambat awal Februari SKK Migas sudah bisa sampaikan rekomendasi," ujar Dwi.

Biarpun perhitungan biaya untuk pengembangan Blok Masela belum final, namun SKK Migas telah memiliki angka estimasi proyek Blok Masela hanya sebesar US$ 16 Miliar. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi biaya sebelumnya sebesar US$ 22 miliar.

Ditanya mengenai biaya pengembangan Blok Masela, Berly menyebut prosesnya masih berjalan. "Kajian teknis masih berlangsung," imbuhnya. Proyek Blok Masela ditargetkan bisa mulai berproduksi pada kuartal II-2027. Estimasi produksi puncak sebesar 9,5 MTPA dan 150 mmscfd.

Selain proyek Lapangan Abadi Blok Masela, Pemerintah juga memproyeksi investasi proyek IDD yang dioperatori Chevron Pacific Indonesia (CPI) bisa lebih kecil daripada estimasi awal. Berdasarkan data SKK Migas, estimasi biaya pengembangan proyek IDD Tahap II hanya sebesar US$ 5 miliar.

Estimasi biaya tersebut lebih rendah 50% dari estimasi awal sebesar US$ 10 miliar. Sayangnya, Manager Corporate Communications Chevron Indonesia, Danya Dewanti tidak memberi komentar terkait pemangkasan biaya tersebut.

Proyek IDD tahap II sendiri pada tahun ini ditargetkan masuk ke dalam proses Front End Engineering Design (FEED) dan pemberian kontrak (contract award) untuk pengembangan Lapangan Gendalo-Gehem.

Selain proyek Blok Masela dan IDD, proyek migas skala jumbo lainnya juga telah mengalami pemangkasan biaya. Tengok saja proyek Tangguh Train 3 yang dioperatori oleh BP Indonesia. Investasi untuk proyek Tangguh Train 3 dipangkas pada tahun 2016 menjadi US$ 8 miliar-US$ 10 miliar dari estimasi awal sebesar US$ 12 miliar.

Saat ini kemajuan proyek Tangguh Train 3 sudah memasuki masa konstruksi. Targetnya, proyek instalasi pipa untuk Tangguh Train 3 bisa rampung tahun ini. Sehingga pada tahun depan, proyek Tangguh Train III bisa onstream dengan estimasi produksi puncak mencapai 700 mmscfd dan 3.000 BOPD.

Proyek terakhir adalah Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dioperatori oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Investasi proyek JTB dipangkas dari US$ 2,1 miliar menjadi US$ 1,55 miliar pada pertengahan tahun lalu.

Proyek JTB pada tahun ini ditargetkan masuk ke tahapan konsturksi dan pengeboran di tiga sumur. SKK Migas menargetkan proyek JTB bisa onstream pada tahun kuartal II-2021 dengan produksi puncak mencapai 190 mmscfd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .