KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia baru saja kedatangan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani pada 17-18 Oktober 2017 lalu. Dalam kunjungan tersebut dijajaki sejumlah kerja sama, salah satunya investasi proyek pembangkit listrik. Melalui Nebras Power, Qatar berkomitmen untuk berinvestasi di proyek PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3, dan 4. Digadang-gadang Qatar akan membenamkan investasi mencapai US$ 1 miliar. Direktur Utama Pembangkit Jawa Bali, Iwan Agung Firstantara memang membenarkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun proyek PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3, dan 4 mencapai sebesar US$ 1 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun pembangkit listrik dan FSRU. Namun jumlah investasi dari Nebras Power sendiri masih belum ditentukan. Pasalnya Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan Nebras Power belum membentuk joint venture (JV) PLTGU tersebut. Iwan hanya bilang nantinya JV yang akan dibentuk mayoritas sahamnya masih digenggam oleh PJB yaitu sebesar 51%. Sisanya sebesar 49% akan dimiliki oleh Nebras Power. Dengan jumlah komposisi tersebut, PJB kemungkinan besar hanya akan memasok dana sekitar US$ 10 juta untuk proyek dengan investasi sebesar US$ 1 miliar. Pasalnya 80% dana investasi akan didapat dari pinjaman. "Sebesar 51% memang saham kami, tapi injeksi dana itu kecil, itu 20% kan US$ 200 juta, kalau 51% kami paling inject US$ 10 juta, yang lain pinjaman,"jelas Iwan ke Kontan.co.id pada Rabu (25/10). Sementara itu, untuk total dana dari Nebras Power sampai saat ini memang masih terus didiskusikan dengan PJB. Sejauh ini Iwan bilang Nebras yang akan bertanggung jawab untuk mencari pendanaan berupa pinjaman dari pihak lain. "Untuk total rencana investasinya untuk pembangkit dan FSRU US$ 1 miliar dan Nebras akan mencarikan dananya juga," katanya. Selain bertanggung jawab mencarikan dana pinjaman, Nebras juga nantinya akan bertanggung jawab untuk memasok gas untuk PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3,4 tersebut. Namun ini masih tergantung harga gas yang ditawarkan oleh Nebras Power. "Kami sudah ada head of agreement yang baru kemarin. Kami lihat nanti dalam 30 hari mereka menawarkan gasnya,"kata Iwan. PLN sendiri mematok harga gas sama seperti aturan pemerintah yaitu harus lebih rendah dari 14,5% harga Indonesia Crude Price (ICP). "Targetnya dalam sebulan besok gasnya sudah ada, sudah ditawarkan,"kata Iwan. Jika Nebras berhasil memasok gas dengan harga yang murah, maka Nebras juga akan bertanggung jawab membangun FSRU. "Jadi mereka yang akan lead. Mereka responsible gasnya," imbuh Iwan. Jika kerja sama dengan Nebras ini berjalan lancar, maka PJB menargetkan pembangunan konstruksi pembangkit gas ini akan dimulai pada pertengahan tahun 2019. Pembangunan proyek pembangkit listrik gas ini pun akan menandakan kerja sama investasi untuk pertama kalinya antara PJB dengan Nebras. Pasalnya baru proyek PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3,4 ini saja yang dijajaki oleh Nebras Power. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investasi Qatar di PLTGU Sumut kurang dari US$ 1 M
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia baru saja kedatangan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani pada 17-18 Oktober 2017 lalu. Dalam kunjungan tersebut dijajaki sejumlah kerja sama, salah satunya investasi proyek pembangkit listrik. Melalui Nebras Power, Qatar berkomitmen untuk berinvestasi di proyek PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3, dan 4. Digadang-gadang Qatar akan membenamkan investasi mencapai US$ 1 miliar. Direktur Utama Pembangkit Jawa Bali, Iwan Agung Firstantara memang membenarkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun proyek PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3, dan 4 mencapai sebesar US$ 1 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun pembangkit listrik dan FSRU. Namun jumlah investasi dari Nebras Power sendiri masih belum ditentukan. Pasalnya Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan Nebras Power belum membentuk joint venture (JV) PLTGU tersebut. Iwan hanya bilang nantinya JV yang akan dibentuk mayoritas sahamnya masih digenggam oleh PJB yaitu sebesar 51%. Sisanya sebesar 49% akan dimiliki oleh Nebras Power. Dengan jumlah komposisi tersebut, PJB kemungkinan besar hanya akan memasok dana sekitar US$ 10 juta untuk proyek dengan investasi sebesar US$ 1 miliar. Pasalnya 80% dana investasi akan didapat dari pinjaman. "Sebesar 51% memang saham kami, tapi injeksi dana itu kecil, itu 20% kan US$ 200 juta, kalau 51% kami paling inject US$ 10 juta, yang lain pinjaman,"jelas Iwan ke Kontan.co.id pada Rabu (25/10). Sementara itu, untuk total dana dari Nebras Power sampai saat ini memang masih terus didiskusikan dengan PJB. Sejauh ini Iwan bilang Nebras yang akan bertanggung jawab untuk mencari pendanaan berupa pinjaman dari pihak lain. "Untuk total rencana investasinya untuk pembangkit dan FSRU US$ 1 miliar dan Nebras akan mencarikan dananya juga," katanya. Selain bertanggung jawab mencarikan dana pinjaman, Nebras juga nantinya akan bertanggung jawab untuk memasok gas untuk PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3,4 tersebut. Namun ini masih tergantung harga gas yang ditawarkan oleh Nebras Power. "Kami sudah ada head of agreement yang baru kemarin. Kami lihat nanti dalam 30 hari mereka menawarkan gasnya,"kata Iwan. PLN sendiri mematok harga gas sama seperti aturan pemerintah yaitu harus lebih rendah dari 14,5% harga Indonesia Crude Price (ICP). "Targetnya dalam sebulan besok gasnya sudah ada, sudah ditawarkan,"kata Iwan. Jika Nebras berhasil memasok gas dengan harga yang murah, maka Nebras juga akan bertanggung jawab membangun FSRU. "Jadi mereka yang akan lead. Mereka responsible gasnya," imbuh Iwan. Jika kerja sama dengan Nebras ini berjalan lancar, maka PJB menargetkan pembangunan konstruksi pembangkit gas ini akan dimulai pada pertengahan tahun 2019. Pembangunan proyek pembangkit listrik gas ini pun akan menandakan kerja sama investasi untuk pertama kalinya antara PJB dengan Nebras. Pasalnya baru proyek PLTGU Sumatera bagian Utara 1,3,4 ini saja yang dijajaki oleh Nebras Power. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News