KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi real estat komersial di Asia Pasifik mengalami peningkatan sebesar 28% secara tahunan (YoY) pada kuartal III 2024, mencapai nilai total US$ 38,8 miliar. Ini merupakan volume investasi kuartalan tertinggi di wilayah Asia Pasifik sejak dimulainya siklus kenaikan suku bunga pada tahun 2022 dan menandai pertumbuhan kuartalan keempat secara berturut-turut. Berdasarkan data dari perusahaan konsultan properti global Jones Lang LaSalle Incorporated (JLL), total volume investasi untuk tahun berjalan (YTD) 2024 mencapai US$ 96,3 miliar, meningkat 82% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Baca Juga: Pendapatan Naik, Laba Bersih OMED Tumbuh 16% Hingga Kuartal III-2024 Seluruh sektor properti utama, kecuali sektor hunian, mencatat pertumbuhan volume investasi. Investasi antar negara mencapai US$ 14,5 miliar YTD, meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini didorong oleh tingginya minat investor asing terhadap aset perkantoran dan logistik. Jepang menjadi pasar paling aktif di Asia Pasifik, dengan volume perdagangan mencapai US$ 8,4 miliar pada kuartal ketiga, berkat akuisisi portofolio hotel yang besar dan jumlah wisatawan yang mencapai rekor. Singapura juga mencatat kinerja baik dengan nilai transaksi sebesar US$ 4,4 miliar pada kuartal ketiga, meningkat 118% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, didorong oleh permintaan tinggi dari investor institusi terhadap aset industri dan ritel.
Baca Juga: Koleksi Properti Mark Zukerberg, Mulai Bungker Bawah Tanah Hingga Real Estat Mewah Stuart Crow, CEO Asia Pacific Capital Markets JLL, menyatakan bahwa banyak faktor berkontribusi terhadap peningkatan volume transaksi di Asia Pasifik pada kuartal ketiga. Ia yakin tren ini akan terus berlanjut dengan adanya proyeksi penurunan biaya pinjaman di pasar utama regional. “Ditambah dengan penurunan valuasi properti, kami memperkirakan tahun 2025 akan menjadi momen yang kuat untuk memasuki pasar, di mana investor yang bergerak lebih awal kemungkinan akan menghadapi persaingan yang lebih sedikit dibanding investor lain,” ujarnya dalam rilis yang diterima pada Senin (4/11/2024). Di seluruh Asia Pasifik, sektor perkantoran dan logistik menyumbang lebih dari setengah nilai investasi. Seoul dan Tokyo muncul sebagai pemain utama dalam sektor perkantoran dengan fundamental yang kuat. Penyewaan ruang perkantoran di Seoul terus melampaui tingkat inflasi, dengan tidak adanya stok ruang perkantoran grade-A yang tersisa untuk tahun 2025.
Baca Juga: Hasil Investasi BP Jamsostek Tumbuh 8,44% Jadi Rp 38,45 Triliun di Kuartal III-2024 Sementara itu, tingkat kekosongan ruang perkantoran grade-A di Tokyo mendekati -3%, dengan penyewaan ruang kantor tercatat meningkat tiga perempat dari pertumbuhan berturut-turut di kuartal ketiga. Sektor logistik didorong oleh transaksi portofolio yang besar, dengan investor lokal dan asing optimis terhadap prospek penyewaan di Jepang. Volume transaksi logistik di Australia juga melonjak, terutama di pasar strategis seperti Sydney dan Melbourne. Investasi besar dalam infrastruktur mulai meningkat, bersamaan dengan alternatif real estat komersial seperti pusat data, sejalan dengan momentum global untuk infrastruktur digital, energi terbarukan, dan keamanan energi. Penggalangan dana untuk infrastruktur di Asia Pasifik menunjukkan kenaikan pada semester I 2024, mencapai US$ 13,2 miliar, dipicu oleh kesepakatan pendanaan seperti KKR Asia Pacific Infrastructure Investors II (US$ 6,4 miliar). Seiring dengan lonjakan pasokan energi terbarukan yang mencakup 70% dari kapasitas listrik terbarukan global pada 2023, lebih banyak pendanaan akan diarahkan ke sektor infrastruktur.
Baca Juga: Kredit Bank Central Asia (BBCA) Tumbuh 14,5% pada Kuartal III-2024 Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence Asia Pacific JLL, menambahkan bahwa dengan meredanya inflasi di kawasan dan penurunan suku bunga The Fed pada bulan September, bank sentral di Asia Pasifik mulai memasuki siklus penurunan suku bunga. “Imbal hasil properti mungkin akan mengikuti tren serupa, namun suku bunga jangka panjang diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dekade terakhir. Investor perlu memperhatikan bagaimana pasar meresponsnya,” tuturnya. Dalam hal transparansi, Asia Pasifik mencatat peningkatan signifikan, dengan rata-rata peningkatan tertinggi sejak tahun 2022, yang diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi ke kawasan ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli