Investasi semen dan keramik ditutup sementara



JAKARTA. Kementerian Perindustrian mengusulkan penutupan sementara investasi baru untuk industri semen dan keramik. Wacana ini mencuat karena kapasitas produksi semen dan keramik dalam negeri sudah melebihi kebutuhan pasar.

Harjanto, Direktur Jenderal Basis Industri Kementerian Perindustrian, menuturkan, kedatangan pemain baru di sektor tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu kondisi pasar dan industri yang sudah ada. Walaupun masih wacana, namun Harjanto menyatakan, rencana ini sudah dibicarakan dengan industri terkait.

"Kapasitas produksi semen dan keramik di dalam negeri sudah berlebih. Jangan sampai nanti masuk investasi baru yang justru mengganggu industri dalam negeri yang sudah ada," terang Harjanto di Jakarta, Kamis (5/2).


Harjanto mengindikasikan, ada rencana relokasi dari sejumlah pabrik semen dan keramik dari China ke Indonesia. Relokasi itu dilakukan karena pelaku industri di China kewalahan akibat pelemahan ekonomi China. Agar bisnis mereka tetap berjalan, pelaku industri di China melirik relokasi ke negara lain. Salah satu yang dilirik adalah Indonesia. 

"Saya khawatir mereka (investor semen dan keramik dari China) masuk ke Indonesia dengan teknologi lama yang boros akan energi. Jika mereka beroperasi, maka akan menambah beban energi Indonesia,” terang Harjanto.

Perlu diketahui, kapasitas produksi semen dalam negeri saat ini tercatat 70 juta ton per tahun, sementara kebutuhan hanya 62 juta ton per tahun. Artinya, kapasitas produksi sudah melebihi kebutuhan. Kondisi sama tampak juga terjadi di industri keramik yang memiliki angka produksi 550 juta meter² per tahun, sedangkan kebutuhan hanya 500 juta meter ² per tahun.

Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia bilang, saat ini industri keramik dalam negeri kelabakan menjual produk keramiknya, karena pertumbuhan pangsa pasar tidak sesuai harapan. Untuk itu, Elisa mendukung rencana Kementerian Perindustrian menutup pintu bagi investasi asing di sektor keramik. "Karena kapasitas produksi keramik dalam negeri ini sudah berlebih," jelas Elisa.

Lebih detail, Elisa mengusulkan untuk menutup investasi keramik dari investor asing, terutama yang ingin berinvestasi di wilayah Jawa. Elisa bilang, untuk melancarkan rencana ini, Kementerian Perindustrian mesti segera membahasnya dengan instansi lain, terutama dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia