Derasnya aliran dana yang masuk lewat program amnesti pajak ternyata tidak mampu mengurangi tekanan sentimen pelemahan bursa global. Alhasil, dalam sepekan, IHSG tercatat melemah sebanyak 0,45%. Berikut pergerakan IHSG selama sepekan: Senin (26/9), IHSG terkoreksi mengikuti jejak bursa regional. Mengutip data RTI, indeks dibuka turun 0,39% ke level 5.367 pukul 09.11 WIB. Ada 103 saham bergerak turun, 64 saham bergerak naik, dan 58 saham stagnan. Perdagangan pagi ini melibatkan 642,1 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 352,5 miliar. Sesi I, IHSG masih bergerak di zona negatif perdagangan. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi 0,61% atau 33,006 poin ke level 5.355,902 pukul 12.00 WIB. Tercatat 175 saham bergerak turun, 93 saham bergerak naik, dan 74 saham stagnan. Perdagangan di sesi pagi melibatkan 2,97 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,42 triliun.
Sesi II, IHSG tak beranjak sedikit pun ke zona positif hari ini. Indeks alhasil ditutup dengan kehilangan 36,77 poin atau 0,68% menjadi 5.352,14. Total volume saham yang diperdagangkan sore ini mencapai 9,3 miliar, dengan nilai transaksi Rp 6,3 triliun. Investor asing masih lebih banyak melakukan penjualan ketimbang pembelian. Net sell asing di pasar reguler tercatat sekitar Rp 400 miliar. Selasa (27/9), IHSG melanjutkan pelemahannya di tengah memerahnya saham regional. Mengacu data RTI, indeks dibuka turun 0,43% ke level 5.328,92 pukul 09.05 WIB. Ada 77 saham bergerak turun, 57 saham bergerak naik, dan 64 saham stagnan. Volume di awal perdagangan sekitar 259 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 249,4 miliar. Sesi I, IHSG belum mampu bangkit dari zona negatif. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi tipis 0,10% atau 5,141 poin ke level 5.346,99. Ada 146 saham bergerak turun, 128 saham bergerak naik, dan 70 saham stagnan. Perdagangan sesi I ini melibatkan 3,33 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,67 triliun. Sesi II, IHSG bertenaga melompat ke zona hijau. Alhasil, indeks ditutup menguat 67,46 poin atau 1,26% menjadi 5.419,6. Sebanyak 170 saham menguat, menggilas 126 saham yang melemah. Adapun 87 saham bergeming. Pada perdagangan sore ini, sebanyak 7,7 miliar saham diperdagangkan dengan nilai Rp 10,78 triliun. Rabu (28/9), (IHSG) kembali terkoreksi mengawali perdagangan. Mengacu data RTI, indeks dibuka turun 0,62% ke level 5.386,72 pukul 09.07 WIB. Volume perdagangan pagi ini 1,11 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,14 triliun. Ada 82 saham bergerak naik, 67 saham bergerak turun, dan 64 saham stagnan. Sesi I, IHSG masih tak berdaya di zona merah. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi 0,53% atau 28,881 poin ke level 5.390,72. Volume perdagangan paruh pertama ini 6,88 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,66 triliun. Ada 159 saham bergerak turun, 113 saham bergerak naik, dan 93 saham stagnan. Sesi II, IHSG berhasil keluar dari zona merah jelang penutupan perdagangan sore ini. Alhasil, indeks sore ini ditutup flat dengan penguatan tipis 5,7 poin atau 0,11% menjadi 5.425,34. Hari ini, sebanyak 12,05 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp 9,3 triliun. Kamis (29/9), IHSG mengekor bursa Asia bergerak positif. Mengutip RTI, IHSG melaju 28 poin atau 0,53% ke kisaran 5.454,77 pada pembukaan. Sepuluh sektor menguat. Sektor pertambangan memimpin penguatan sekitar 1,5%, diikuti grup saham aneka industri. Sesi I, IHSG rehat siang ini menguat. Mengutip RTI, indeks menguat 42,06 poin atau 0,78% menjadi 5.467,39. Sebanyak 205 saham menguat, berbanding 90 yang turun. Sedangkan 72 saham lainnya bergeming. Sampai tengah hari, pasar mentransaksikan 5,2 miliar saham dengan nilai Rp 4,59 triliun. Sesi II, IHSG bertahan di zona negatif di tengah berserinya pasar regional setelah kesepakatan OPEC. Mengacu data RTI, indeks ditutup naik 0,12% atau 6,620 poin ke level 5.431,957. Volume perdagangan hari ini 8,85 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 8,48 triliun. • "Sentimen domestik dan eksternal yang relatif positif menopang pergerakanIHSG," papar Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Bloomberg. Nico mengatakan, perkembangan yang terus membaik atas program amnesti pajak memberikan kepercayaan bagi pelaku pasar di dalam negeri sehingga mendorong aksi beli. Dari eksternal, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang bergerak menguat menjadi salah satu faktor pendorong bagi bursa saham dunia untuk bergerak di area positif. Jumat (30/9), IHSG memerah membuka perdagangan akhir pekan di tengah aksi jual melanda pasar regional. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi 0,15% ke level 5.423,45 pukul 09:09 WIB. Tercatat 85 saham bergerak turun, 67 saham bergerak naik, dan 72 saham stagnan. Volume perdagangan pagi ini 491,4 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 516,79 miliar. Sesi I, IHSG bergerak liar sepanjang perdagangan sesi ini. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi tipis 0,10% atau 5,520 poin ke level 5.426,43 pukul 11.30 WIB. Ada 141 saham bergerak turun, 106 saham bergerak naik, dan 99 saham stagnan. Perdagangan pagi melibatkan 3,47 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,03 triliun. Sesi II, IHSG menutup perdagangan pekan ini dengan pelemahan. Indeks merunduk 67,15 poin atau 1,24% menjadi 5.364,8. Hari ini, sebanyak 105 saham yang menguat tak bisa menutup penurunan yang dicetak 213 saham. Sedangkan 72 saham lainnya bergeming. Padahal, hari ini investor asing lebih banyak melakukan aksi beli ketimbang jual. Di pasar reguler, net buy tercatat sekitar Rp 400 miliar. Hari ini, sebanyak 10,1 miliar saham diperdagangkan, dengan nilai Rp 8,52 triliun. Rupiah Pekan ini rupiah agak berotot. Setelah selama ini rupiah berada di level Rp 13.000-an, minggu ini rupiah berhasil menguat hingga menembus ke Rp 12.000-an. Hanya, sayang menutup pekan rupiah kembali melemah hingga kembali berada di level Rp 13.000-an. Berikut pergerakan rupiah selama sepekan: Senin (26/9), pergerakan otot rupiah awal pekan ini, sempit. Mengacu data Bloomberg, pukul 10.22 WIB di pasar spot rupiah ke level Rp 13.077 per dollar AS atau menguat tipis 0,03% dari pekan lalu yang Rp 13.081 per dollar AS pukul 10.00. Sementara itu, mengacu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR) rupiah ke level terkuat tahun ini. Rupiah tembus ke level Rp 13.076 per dollar AS atau menguat 0,17%. Sore, rupiah masih terus menguat pada pekan ini. Mata uang Garuda tercatat bertengger di level Rp 13.041 per dollar AS, setelah akhir pekan lalu ditutup di Rp 13.081 per dollar AS atau membaik 0,31%. Sejalan dengan itu, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga dicatat menguat 0,17% ke posisi Rp 13.076 per dollar AS dibanding penutupan pekan sebelumnya yang berada di Rp 13.098 per dollar AS. • Analis dari Monex Investindo Futures Yulia Safrina menilai, suku bunga bank sentral AS Federal Reserve yang tertahan di level yang rendah membuat rupiah berpotensi menguat. Meskipun, banyak pihak memprediksi suku bunga akan dinaikkan pada November mendatang. Yulia bilang, pergerakan rupiah juga masih menunggu data peredaran uang yang akan dikeluarkan BI pada Jumat (30/9) pekan ini. Apabila datanya bagus, laju rupiah bisa ikut melesat. Data penjualan rumah baru di AS yang dirilis Senin malam juga bisa mempengaruhi rupiah. Selasa (27/9), rupiah dalam tren positif di hadapan dollar AS. Mengacu data Bloomberg, di pasar spot rupiah ke Rp 12.998 per dollar AS atau menguat 0,33% dari sebelumnya Rp 13.041 per dollar pukul 10.08 WIB. Senada, mengacu kurs JISDOR, rupiah ke Rp 13.027 per dollar AS atau menguat 0,37% dari sebelumnya Rp 13.076 per dollar AS. Sekaligus mempertahankan level terkuatnya tahun ini. Sore, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akhirnya membobol level psikologis 13.000. Di pasar spot, rupiah diperdagangkan di level Rp 12.955 per dollar AS. Mata uang Garuda hari ini menguat 0,66% dibandingkan dengan kemarin, di level Rp 13.041. Ini merupakan penguatan rupiah hari kedua pekan ini. Mengutip JISDOR di Bank Indonesia, rupiah hari ini diperdagangkan di Rp 13.027 per dollar AS, menguat dari posisi kemarin di level Rp 13.076. • Penguatan rupiah hari ini, menurut Analis PT Cerdas Indonesia Berjangka Suluh Adil Wicaksono, lebih banyak dilandasi pelemahan dollar AS. The Greenback tertekan setelah bank sentral AS Federal Reserve memilih menahan suku bunga. Sementara itu, langkah Bank Indonesia memangkas bunga acuan dalam negeri, 7-Day Reverse Repo Rate dinilainya sebagai langkah positif untuk mendulang penguatan rupiah. "Diharapkan, orang tidak hanya menabung untuk mendapatkan bunga, tapi juga dapat digunakan di sektor riil sehingga dapat memperbaiki nilai rupiah," katanya. Rabu (28/9), mata uang rupiah semakin perkasa di hadapan dollar AS. Mata uang garuda akhirnya sentuh level terkuatnya sepanjang tahun ini. Mengacu data Bloomberg pukul 10.07 WIB, di pasar spot rupiah ke Rp 12.925 per dollar AS atau menguat 0,23% dari sebelumnya Rp 12.955 per dollar AS. Serupa, otot rupiah juga mengencang kuat pada kurs JISDOR, rupiah menyentuh level Rp 12.926 per dollar AS atau menguat 0,78% dari sebelumnya Rp 13.027 per dollar AS. • Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, menjelaskan, rupiah menguat terutama karena otot the greenback memang sedang loyo. Pemicu utamanya adalah keputusan The Fed mempertahankan suku bunga di level 0,25-0,50% serta revisi rencana kenaikan suku bunga tahun 2017 menjadi hanya dua kali dari sebelumnya tiga kali. Dari dalam negeri, kebijakan BI memangkas BI 7-days reserve repo rate menjadi 5% juga disambut positif oleh pelaku pasar. Meski dipotong, suku bunga BI masih tergolong tinggi dan menarik dibandingkan suku bunga negara lain yang rendah, bahkan negatif. Sore, otot rupiah sedikit mengendur seiring amunisi dollar AS bertambah kuat. Potensi pelemahan rupiah masih dapat berlanjut jika rilis data ekonomi Amerika Serikat cenderung positif. Di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,02% dibanding hari sebelumnya ke level Rp 12.957 per dollar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, kurs rupiah menguat 0,70% ke level Rp 12.926 per dollar AS. • Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, akumulasi beli pada dollar AS mulai terjadi setelah rupiah menguat cukup signifikan. Kemarin, kali pertama mata uang Garuda menebus ke bawah Rp 13.000. Selain itu, lanjut Josua, pelemahan rupiah dipicu data kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang solid sehingga mendukung penguatan dollar AS. Untungnya, rupiah memiliki amunisi dari dalam negeri yakni perkembangan dari program amnesti pajak. Dana repatriasi yang masuk sudah mencapai Rp 128 triliun. "Ini cukup berhasil, apalagi masih periode pertama. Harapannya akan terus meningkat pada periode kedua dan ketiga," papar Josua. Kamis (29/9), setelah mendulang penguatan yang tergolong signifikan beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah harus terkikis akibat koreksi teknikal yang mengintai. Antisipasi data eksternal pun membuat analis menduga, posisi rupiah di akhir pekan berpotensi melemah lagi. Di pasar spot, valuasi rupiah tergerus 0,12% di level Rp 12.972 per dollar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia, nilai rupiah melemah 0,20% di level Rp 12.952 per dollar AS. Siang, nilai tukar rupiah masih bertahan di bawah level Rp 13.000 per dollar AS, meski bergerak melemah. Pukul 13:36 WIB, di pasar spot menunjukkan Rp 12.981 per dollar AS, berbanding posisi kemarin yang Rp 12.957. Rupiah paling menunjukkan tenaganya dua hari lalu, di level Rp 12.955 per dollar AS. • Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengungkapkan, tekanan terbesar pada pelemahan ini datang dari koreksi teknikal. Rupiah terserang aksi profit taking pelaku pasar yang mencoba memanfaatkan rally tajam mata uang Garuda. Hanya saja sentimen positif yang datang dari kesepakatan OPEC untuk memangkas produksinya untuk pertama kali sejak 2008 datang sebagai daya tahan bagi rupiah dari kejatuhan yang lebih dalam. Jumat (30/9), rupiah kembali bergerak melemah meski masih menjaga pada level di bawah Rp 13.000 per dollar AS. Mengacu data Bloomberg pukul 10:04 WIB, di pasar spot rupiah ke 12.985 per dollar AS atau melemah 0,10% dari hari sebelumnya Rp 12.972 per dollar AS. Senasib, mengacu kurs JISDOR, rupiah melemah 0,36% ke level Rp 12.998 per dollar AS. Perdagangan sebelumnya rupiah berada pada level Rp 12.952 per dollar AS. Sore, otot rupiah melemah di akhir pekan ini. Data ekonomi negeri Paman Sam memicu tekanan pada mata uang Garuda. Di pasar spot, nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,54% dari hari sebelumnya ke level Rp 13.042 per dollar AS. Namun, dalam sepekan, kurs rupiah masih menguat 0,4%. • Analis PT Garuda Berjangka, Sri Wahyudi mengatakan, rupiah kembali melemah lantaran terkena koreksi teknikal. Padahal, perkembangan program amnesti pajak masih membawa sentimen positif dari dalam negeri. "Maka tak heran, jika dalam sepekan terakhir, rupiah masih terlihat berotot," ujarnya. Pelemahan rupiah di akhir pekan juga dipicu data ekonomi Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2016 naik ke level 1,4% dari sebelumnya 1,1%, sekaligus di atas proyeksi 1,3%. Sementara itu, klaim pengangguran di angka 254.000 masih lebih kecil dari prediksi sebesar 260.000. Data ini menyokong otot dollar AS. Emas Emas Antam turun Rp 6.000 selama sepekan. Dibuka di level Rp 607.000 dan terus turun hingga ditutup di level Rp 601.000. Berikut pergerakan harga emas Antam selama sepekan: Senin (26/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 607.000. Angka ini turun Rp 1.000 dari posisi harga Sabtu (24/9). Selasa (27/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 606.000. Angka ini turun Rp 1.000 dari posisi harga Senin (26/9).
Rabu (28/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga jual pecahan 1 gram emas Antam Rp 602.000. Angka ini turun Rp 4.000 dari posisi hari Senin (26/9). Kamis (29/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 601.000. Angka ini turun Rp 1.000 dari posisi harga Rabu (28/9). Jumat (30/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 601.000. Angka ini sama dari posisi harga Kamis (29/9). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi