JAKARTA. Tak selamanya penurunan harga minyak dunia berdampak negatif bagi pelaku industri minyak dan gas (migas). Bagi operator blok migas seperti BP Indonesia misalnya, penurunan harga minyak dunia justru berimbas pada turunnya investasi proyek Train III Tangguh di Papua. Head of Country BP Indonesia Darmawan Samsu menjelaskan, tren penurunan harga minyak membuat semua lini bisnis migas melakukan penyesuaian.
Tak terkecuali para pelaku usaha jasa migas. Karena bisnis sedang lesu, pelaku usaha jasa migas lantas memangkas tarif jasa pengerjaan proyek. Dus, BP Indonesia sebagai pengguna jasa menikmati penurunan tarif tersebut. "Karena saat ini ada suplai yang lebih banyak daripada permintaan, jadi diturunkan biayanya, itu namanya market deflation, bukan biaya investasi yang dipotong," ujar Darwawan, Kamis (26/7). Nah, tarif jasa migas tadi menjadi salah satu variabel dalam biaya investasi pengembangan proyek Train III Tangguh. Tak heran kalau hitung-hitungan biaya investasi proyek tersebut menyusut. Perkiraan BP Indonesia, biaya investasi Train III Tangguh yang semula US$ 12 miliar, turun menjadi US$ 8 miliar –US$ 10 miliar. BP Indonesia pun semakin optimistis mengembangkan Train III Tangguh. Pasalnya, penyesuaian biaya investasi di tengah tren penurunan harga minyak dunia, bisa menjadi jaminan keberlangsungan proyek tersebut. BP Indonesia pun bisa lebih pasti menentukan final investment decision (FID) atau keputusan investasi final. Mereka menargetkan FID pada pertengahan tahun ini. Asal tahu saja, kalau proyek Train III Tangguh sudah berjalan, bakal ada tambahan pasokan gas sebanyak 3,8 juta ton per tahun. Sebanyak 75% dari total produksi itu untuk kebutuhan domestik. Pada pertengahan April 2016 lalu, BP Indonesia telah menekan amandemen perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan PT PLN (Persero). Melalui amandeman tersebut, PLN akan membeli 75% produksi gas dari Blok Tangguh.
Penandatanganan komitmen pembelian gas itu menambah komitmen PLN sebelumnya. Catatan KONTAN, BP Indonesia sudah mengantongi komitmen penyerapan 1,5 million tons per annum (mtpa) liquefied natural gas (LNG) dari PLN. Perjanjian itu berlaku dari tahun 2015 sampai 2033. Selain dengan PLN, BP Indonesia juga sudah mengantongi komitmen penjualan gas dari dua pembeli lain. Pertama, membeli 1 MTPA LNG dari konsumen asal Jepang. Kedua, komitmen pembelian 180 MMSCFD untuk pabrik pupuk yang akan dibangun di Bintuni Papua. Dengan begitu, saat ini gas yang akan diproduksi dari Train III Tangguh sudah mendapatkan komitmen pembelian hingga 100%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan