Investment grade turunkan beban utang Indonesia



JAKARTA. Naiknya peringkat utang Indonesia ke level layak investasi atau investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) menguntungkan Indonesia. Tak hanya hot money yang kian banyak, risiko utang Indonesia pun semakin mengecil. Otot rupiah pun semakin kokoh belakangan ini.

Bank Indonesia (BI) mencatat aliran dana investor asing dari awal tahun sampai akhir Mei 2017 mencapai sebesar Rp 112 triliun, melonjak 60% dari periode sama tahun lalu hanya Rp 70 triliun.

Permintaan pembeli Surat Utang Negara (SUN) juga tinggi. Pergerakan di pasar modal usai pemeringkatan dari S&P juga langsung merespon dengan lonjakan yang tinggi.


"Berturut-turut semua menunjukkan kondisi yang lebih baik, yield surat utang 10 tahun rupiah turun dari 7% ke 6%, global bonds yield -nya menurun. Kami saksikan Credit Default Swap (CDS) yang di awal tahun 157 bps menjadi 118 bps. Jadi ada perbaikan signifikan," jelas Gubernur BI Agus Martowardojo dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Selasa (13/6).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pasca kenaikan peringkat utang menjadi layak investasi, yield hampir seluruh SBN seri benchmark menurun. Rata-rata penurunannya sebesar 2-4 basis points (bps). Tak hanya itu, pasca kenaikan itu pula, kurs rupiah tercatat menguat 31 poin ke level Rp 13.425 per dollar Amerika Serikat (AS).

Sri Mulyani bilang, penurunan imbal hasil sebesar 5 bps bisa menghemat beban utang hingga Rp 500 miliar. Tak hanya itu, penguatan rupiah sebesar 100 bps juga bisa menghemat beban utang hingga Rp 325 miliar.

"Dengan confidence ini kami harap akan capitalized dalam strategi pengelolaan utang kita. Namun tetap hati-hati, dan capitalized capaian investment grade ini termasuk dalam refinancing," kata Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani mengaku hal itu tak mudah. Alasannya, pemegang SUN Indonesia banyak yang telah puas dengan imbal hasil yang diberikan selama ini.

Kementerian Keuangan mencatat, total dana asing di SUN hingga 9 Juni 2017 mencapai Rp 761,27 triliun atau 39,19% dari total SUN beredar. Jumlah itu naik dari posisi 19 Mei, dimana dana asing di SUN sebesar Rp 742,33 triliun atau 38,71%.

Sri Mulyani menambahkan, selama ini banyak dana asing yang ingin masuk ke Indonesia, tetapi terganjal syarat adanya peringkat layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat internasional. Dengan kenaikan peringkat dari S&P, ia memperkirakan adanya potensi dana asing yang masuk mencapai US$ 700 miliar.

Agus juga bilang, masuknya dana asing akan terus berlanjut hingga semester kedua tahun ini. Nantinya, dana asing itu diharapkan juga menarik investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) ke Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie