Investor AS minati sektor farmasi & kelistrikan



JAKARTA. Semakin banyak daftar perusahaan asal Amerika Serikat yang tertarik membenamkan modalnya di Indonesia.  Setelah sebelumnya berminat investasi di sektor kreatif, kali ini ada lagi perusahaan AS berminat masuk ke industri farmasi dan kelistrikan di Indonesia.

Kepala Badan Korrdinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menjelaskan, perusahaan tersebut berencana membangun fasilitas research and development (R&D) di sektor farmasi. Makanya, untuk melanjutkan minat ini, pihaknya telah bertemu dengan salah satu perusahaan di bidang farmasi asal Amerika tersebut.

“Mereka ingin membangun fasilitas research and development, ini kami apresiasi positif dan telah diidentifikasi sebagai suatu minat yang harus dikawal oleh Marketing Officer Amerop dan IIPC New York,” ujar Franky dalam siaran resmi, Kamis (29/10).


Menurut Franky, biaya investasi di sektor ini tidak sedikit. “Untuk industri farmasi memang disarankan memiliki fasilitas R&D apabila ingin masuk ke pasar Indonesia,” ungkapnya.

Selain sektor farmasi, ada juga perusahaan AS yang berkeinginan masuk ke sektor kelistrikan dengan besaran investasi mencapai US$ 1 miliar. Besaran nilai investasi ini akan diberikan dalam jangka waktu lima tahun mendatang.

Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menyampaikan, perusahaan AS tersebut merupakan salah satu pioner yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik di AS.

“Nilai investasi US$ 1 miliar tersebut akan ditempatkan tidak hanya di bidang pembangkit listrik, tetapi juga akan ditempatkan di sektor kesehatan dan sektor migas,” jelasnya.

Menurut catatan BKPM, Amerika Serikat termasuk sepuluh besar negara yang paling banyak menanamkan modalnya di tanah air. Realisasi investasi Amerika Serikat pada periode Januari-September 2015 sebesar US$ 854 juta.

Sementara itu, total investasi Amerika di Indonesia periode 2010-September 2015 sebesar US$ 8 miliar dan menduduki peringkat ke tiga di bawah Singapura dan Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri