KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) akhirnya kembali jatuh ke bawah level 6.800. Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup turun 1,31% ke level 6.715,12. IHSG bahkan sempat jatuh menyentuh level 6.695,38. Dalam sepekan, penurunan IHSG mencapai 4,34%.Tekanan di pasar saham ini terjadi seiring aksi investor asing mengurangi kepemilikannya di pasar saham dalam negeri. Investor asing mencetak
net sell sebesar Rp 8,61 triliun pada lima hari perdagangan pekan ini.
Baca Juga: IHSG Kembali Rontok 1,31%, Ini Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing, Jumat (9/12) Menurut data RTI, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling banyak dijual investor asing, dengan
net sell mencapai Rp 2,6 triliun. "Selain itu, penurunan GOTO hingga
auto rejection bawah (ARB) juga menambah tekanan di bursa saham domestik," papar Fajar Dwi Alfian, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, kemarin. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya juga mencermati, sepanjang pekan ini, IHSG dipengaruhi penurunan harga minyak di tengah permintaan global yang melambat. Ditambah OPEC juga mempertahankan pemangkasan kapasitas produksi minyak harian hingga 2023 akhir. Masih dari global, lanjut Cheril, IHSG juga dipengaruhi rilis data tenaga kerja dan aktivitas industri jasa di Amerika Serikat (AS) yang meningkat.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing Saat IHSG Tertekan di Akhir Pekan "Ini membuat pelaku pasar melihat kemungkinan The Fed kembali menaikkan suku bunga secara agresif, sehingga aksi jual di bursa saham terjadi," kata Cheril.
Sekadar mengingatkan, ketidakpastian di pasar keuangan global kembali menguat lantaran ada ekspektasi The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga di rapat pekan depan. Ada prediksi, suku bunga akan naik hingga 75 basis poin. Fajar menambahkan, IHSG juga dipengaruhi ekspektasi pasar akan inflasi yang masih tinggi di AS. Dari dalam negeri, rilis data Indeks Keyakinan Konsumen yang turun dari menjadi 119,1 pada November 2022 dari level 120,4 di bulan sebelumnya, menjadi sentimen negatif bagi pergerakan indeks saham dalam sepekan terakhir. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli