Investor Asing Diproyeksi Terus Masuk ke Pasar Saham Indonesia, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kembali catatkan net buy di pasar saham Indonesia. Pada penutupan perdagangan Senin (25/4), tercatat net buy asing di pasar reguler sebesar Rp 137,66 miliar dan di seluruh pasar sebesar Rp 3,49 triliun.

Sementara itu, sejak awal tahun (YTD) asing mencatatkan net buy sebesar Rp 56,06 triliun di pasar reguler. Sedangkan di seluruh pasar tercatat sebesar Rp 50,23 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, aliran dana dari asing masih akan terus masuk di pasar saham Indonesia di tengah pertemuan Federal Reserve (The Fed) pekan depan.


Menurut Wawan, kenaikan suku bunga The Fed merupakan suatu kepastian dan secara historis, saat suku bunga The Fed naik maka instrumen dunia yang diburu adalah komoditas dan pasar saham di emerging market.

"Dari sisi kesehatan Indonesia jadi salah satu yang paling baik dan pemerintah juga telah membuka aktivitas masyarakat sehingga ini menjadi driver pertumbuhan ekonomi," kata dia kepada Kontan.co.id, kemarin (25/4).

Baca Juga: Net Buy Asing Berlanjut, IHSG Diproyeksikan Rebound pada Selasa (26/4) Besok

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menambahkan, dana asing yang masuk didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat semakin solid.

"Leading indicator ekonomi Indonesia juga cukup menawan, yang salah satunya juga diuntungkan karena perang Rusia seperti kenaikan ekspor, impor, surplus neraca dagang, cadangan devisa serta kebijakan pemerintah cukup proaktif dalam memanfaatkan momentum," paparnya.

Dari sana, diperkirakan dana asing masih akan terus berlanjut di pasar saham Indonesia. Bahkan, Wawan memproyeksikan net buy asing masih akan berlanjut hingga tahun depan.

Menurut Wawan, pemulihan ekonomi Indonesia sudah berjalan baik. Setelah pemulihan diharapkan akan masuk ke masa ekspansi dan Indonesia juga didukung, salah satunya harga komoditas.

"Saat konflik Rusia-Ukraina sudah mereda, saya rasa harga komoditas juga tidak akan kembali ke harga seperti tahun 2020 atau 2021 karena ketika ekonomi dunia kembali berputar pasti butuh energi," katanya.

Analis Fundamental B-Trade Raditya Pradana menambahkan, untuk semester II 2022 dana asing diperkirakan juga masih akan tetap masuk ke Indonesia. Hanya saja, kemungkinan lebih ke emiten perbankan.

Baca Juga: IHSG Melorot 0,15% Hari Ini, Profit Taking Mewarnai Pasar Saham

Dasar proyeksinya adalah inflasi Indonesia saat ini masih berada di range yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. "Sehingga harapannya suku bunga dinaikkan dikit demi sedikit sehingga tidak langsung signifikan dan tidak ada 'efek kejut' di pasar," katanya.

Walau demikian, ketiga analis mengatakan tetap ada kemungkinan asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia kendati kemungkinannya kecil. Menurut Raditya, hal itu datang dari aksi profit taking yang dilakukan. Lalu, disebabkan oleh perubahan makroekonomi Indonesia yang berubah signifikan.

Sebab, saat ini acuannya inflasi karena berdampak ke suku bunga juga. Namun menurut proyeksinya kemungkinan terjadinya kecil. "Kemungkinan kondisi ini terjadi apabila inflasi Indonesia naik signifikan (di luar range yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). Namun apabila inflasi Indonesia masih terkontrol, outflow yang besar kemungkinannya kecil," katanya.

Sementara Wawan memperkirakan asing menarik dana dari Indonesia dari terjadinya koreksi saat suku bunga naik. Lalu, spekulasi terkait lonjakan kasus Covid-19 pasca mudik Lebaran 2022 yang mana bisa mengakibatkan lockdown.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,13%, Net Buy Asing Mencapai Rp 3,49 Triliun pada Senin (25/4)

Walau begitu, dia memperkirakan hal tersebut hanya jangka pendek. Sebab, secara fundamental ekonomi Indonesia sangat baik.

Sementara Desy memperkirakan dana asing keluar apabila The Fed meningkatkan The Federal Funds Rate (FFR) yang lebih tinggi lagi, di mana saat ini disinyalir kenaikan sebesar 50 bps pada pertemuan Mei 2022. Apabila demikian, potensi outflow yang lebih besar berpotensi terjadi tetapi di pasar surat utang.

"Di pasar saham, masih ada peluang capital inflow sebab Indonesia saat ini ekonominya terkuat di antara negara berkembang lainnya, meski mungkin akan ada trimming sejenak atau ada inflow tapi lebih terbatas kalau FFR naik," pungkas Desy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari