Investor asing kabur dari MTN dan SUN



JAKARTA. Investor asing mulai keluar dari pasar obligasi domestik. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan, porsi asing di instrumen surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) dan surat utang negara (SUN) berkurang.

Komposisi dana asing di MTN pada akhir November tahun ini di posisi Rp 2,9 triliun. Jumlah tersebut menyusut 39,46% ketimbang posisi Oktober senilai Rp 4,79 triliun. "Pelemahan rupiah mengakibatkan risiko investasi dalam denominasi rupiah meningkat, sehingga investor memilih keluar," kata ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih kepada KONTAN, Minggu (28/12),

Di Oktober, dana asing di MTN berdenominasi rupiah masih Rp 2,87 triliun, sementara MTN dollar AS mencapai Rp 1,92 triliun. Sebulan kemudian atau November, porsi asing di MTN rupiah anjlok menjadi hanya Rp 340 juta. Sebaliknya, kepemilikan asing di MTN dollar AS naik 51,04% menjadi Rp 2,9 triliun.


Lana memperkirakan menyusutnya porsi asing di MTN rupiah juga lantaran banyak emiten yang tidak melakukan refinancing MTN yang jatuh tempo. "Apalagi, tenor MTN biasanya pendek, hanya sekitar tiga tahun," kata Lana.

Asing diprediksi, masih keluar dari pasar MTN pada Desember tahun ini hingga semester pertama tahun depan. Pemicunya, penurunan rupiah diproyeksikan masih berlangsung hingga awal tahun depan.

Lana memperkirakan,, rupiah di paruh pertama tahun depan berkisar Rp 12.200 hingga Rp 12.500 per dollar AS. Pada Rabu (24/12), kurs tengah Bank Indonesia memperlihatkan rupiah di posisi Rp 12.467 per dollar AS.

Pasar MTN juga akan dipengaruhi efek bunga The Fed yang diproyeksikan naik pada tahun depan. "Bunga The Fed kemungkinan naik pada April. Sebelum naik, pasar wait and see. Setelah ada kepastian kapan dan besaran kenaikan bunga The Fed, maka pasar kembali positif," papar Lana.

Kondisi tersebut berpotensi memicu tingginya kupon penerbitan MTN. Akibatnya, cost of fund emiten menjadi naik. Namun bagi investor justru menarik. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto melihat, penerbitan MTN di 2015 masih ramai. "Dari segi proses penerbitan, MTN sama seperti obligasi biasa. Demikian juga biaya yang ditanggung perusahaan penerbit," tutur dia.

Fixed Income Analyst BNI Securities I Made Adi Saputra menilai, investor bisa memilih MTN yang diterbitkan dengan proyeksi arus kas yang baik. Opsi itu demi memastikan kemampuan emiten membayar kupon maupun pelunasan MTN. "Sebab MTN kurang likuid di pasar sekunder, sehingga investor cenderung memegang MTN hingga jatuh tempo," kata Made.

Tak hanya MTN, koreksi rupiah juga memicu keluarnya pemodal asing dari pasar obligasi pemerintah. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mencatat, porsi dana asing di surat utang negara (SUN) per 23 Desember 2014 senilai Rp 459,20 triliun. Jumlah tersebut sudah anjlok Rp 22 triliun sepanjang Desember ini.

Menyusutnya asing diperkirakan masih bisa bertambah. Handy memperkirakan, sekitar Rp 20 triliun dana asing berpeluang kabur dari pasar obligasi pemerintah. Keluarnya asing masih dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. "Akibatnya,  investor terus mengalami kerugian atau currency loss," ujar dia.

Handy menghitung, pelemahan rupiah dari awal Desember 2014 mengakibatkan investor asing mengalami currency loss sekitar Rp 40 triliun. "Apabila rupiah terus melemah ke level Rp 13.000 atau Rp 13.100 per dollar AS, maka total outflow dana asing akan semakin besar," ungkap dia.

Handy memperkirakan, para pemodal asing yang memutuskan keluar dari pasar SUN umumnya menggenggam obligasi yang bertenor pendek, antara lima tahun hingga 10 tahun. Sedangkan investor asing yang memiliki obligasi bertenor panjang cenderung  masih tetap mempertahankan kepemilikannya di pasar obligasi negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro