KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia kian dilirik oleh perusahaan migas luar negeri karena melihat potensi gas bumi yang melimpah. Sejumlah pihak juga menilai bahwa gas bumi akan menjadi
backbone dalam mengakselarasi transisi energi di Indonesia. Asal tahu saja, gas bumi memainkan peranan penting sebagai sumber energi transisi di tengah meningkatnya permintaan energi primer global serta target pencapaian Net Zero Emission (NZE). Pemerintah Indonesia pun tengah gencar memperluas investasi proyek gas dengan mengintegrasikan pasar di wilayah Asia, Amerika, dan Eropa. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan di tengah kondisi konflik geopolitik yang terjadi saat ini, negara seperti Eropa melihat Indonesia menjadi wilayah baru yang menarik karena memiliki cadangan gas yang lebih banyak dibandingkan minyak.
Baca Juga: Divestasi PI Shell di Masela Mandek, SKK Migas Tetap Targetkan On-Stream di 2027 “SKK Migas dan Kementerian ESDM akan lebih aktif menawarkan wilayah-wilayah kerja yang potensial,” ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (20/6). Di tengah melambungnya harga minyak dunia saat ini, Dwi optimistis kegiatan hulu migas akan terus meningkat. Dia menerangkan, kegiatan pengeboran terus naik dari tahun ke tahun, di 2020 dilaksanakan pengeboran 240 sumur, kemudian di 2021 naik menjadi 480 sumur, dan di sepanjang 2022 diproyeksikan di atas 800 sumur. Lantas di tahun depan, targetnya akan ada pengeboran 900 sumur hingga 1.000 sumur. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menerangkan, saat ini perusahaan raksasa migas asal Inggris, British Petroleum (BP) masih memilih berinvestasi di Indonesia. “BP Internasional itu di lepas-lepas (portofolio) yang migas, yang fosil dilepas, tetapi di Indonesia tidak, tanya ke BP. Jadi di Indonesia masih pegang, karena dia melihat potensi masih ada,” jelasnya dalam kesempatan yang sama. Tutuka mengatakan, pihaknya ingin terus membangun komunikasi yang baik dengan perusahaan migas dunia untuk menarik investasi hulu migas ke Tanah Air. “Bangun komunikasi harus baik dengan mereka, karena lewat komunikasi kita bisa banyak memecahkan masalah dari segala sisi. Lewat komunikasi, kita akan bangun kepercayaan. Kita harus menggunakan potensi untuk menarik investasi,” kata Tutuka. Tutuka mengemukakan bahwa Indonesia diberkahi banyak penemuan gas yang melimpah misalnya saja pada WK Agung I dan II, WK Andaman, belum lagi Masela, dan Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). “Kalau kita pakai gas dan gambaran potensi yang banyak, estimasi kita 30 tahun masih bisa. Setiap negara punya kondisi yang unik dan strategi sendiri. Gas kita punya, ya gas diperkuat,” kata dia. Dalam proses transisi ke energi yang lebih bersih, Tutuka bilang bahwa gas merupakan energi yang bisa digunakan untuk apa saja. Asal tahu saja, saat ini gas yang diproduksi telah diserap untuk kebutuhan industri dan kelistrikan. Lantas dengan ditetapkannya harga gas khusus untuk sejumlah industri dan sektor kelistrikan senilai US$ 6 per MMBTU akan menciptakan kemandirian. “Banyaknya pemakaian gas itu lebih murah untuk menghasilkan sesuatu, sehingga produktivitas dan efisiensi akan meningkat,” ujarnya. Sebelumnya Dewan Energi Nasional (DEN) mewanti-wanti agar produksi migas jangan terus turun. Pasalnya, berdasarkan skenario yang telah disusun oleh DEN, gas menjadi backbone dalam strategi transisi energi di Indonesia.
Baca Juga: Sah! BP dan Petronas Tandatangani Kontrak Kerja Sama Migas di Indonesia Anggota Dewan Energi Nasional Satya W Yudha mengatakan, migas masih jadi andalan sampai EBT siap mengambil sehingga tren migas ke depan bisa menuju energi lebih bersih. Dalam transisi energi menuju net
zero emission, porsi energi fosil dalam bauran energi Indonesia pada tahun 2060 mendatang diproyeksikan masih akan sekitar 34% persen. “Gas bumi diproyeksi memiliki kontribusi besar dalam bauran energi primer Indonesia. Melalui RUEN pemerintah memproyeksikan kebutuhan gas bumi dalam negeri pada 2050 sebesar 25.869,1 MMSCFD,” kata dia. Satya menegaskan bahwa transisi energi perlu dilakukan secara bertahap. Hal itu otomatis membuat hulu migas masih sangat diperlukan. Menurut dia cara tepat dalam pengembangan energi fosil atau migas adalah dengan memperhatikan keseimbangan pengembangan hulu migas dengan penurunan emisi melalui penggunaan energi. DEN terus mendorong perbaikan iklim investasi migas agar investor betah berinvestasi di Indonesia dengan memonetisasi dari lapangan yang ada. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .