JAKARTA. Penolakan terhadap rencana pembatasan kepemilikan mayoritas bank di tangan satu pihak, rupanya hanya ramai di dalam negeri. Di kalangan investor asing, rencana Bank Indonesia (BI) ini malah menuai sambutan baik. Mereka hanya membutuhkan kejelasan masa transisi dan mekanisme divestasi, bukan mempersoalkan substansi kebijakan. Akhir pekan lalu, investor asing sebuah bank besar mengemukakan pernyataan ini kepada KONTAN. Investor dari di Asia itu beralasan, selain beleid memiliki tujuan positif, di negara lain pembatasan kepemilikan sudah lumrah. "Di negara kami, bahkan jauh lebih ketat," kata Chief Executive Officer (CEO), induk perusahaan sebuah bank di Indonesia yang mayoritas sahamnya milik asing. Ia juga menepis anggapan, investor asing bakal pergi jika aturan itu berlaku. Bagi investor, yang paling penting seberapa besar keuntungan mereka, bukan berapa besar kepemilikan saham. "Di Arab Saudi kami hanya boleh memiliki saham bank 10%. Itu bukan masalah, karena return on investment (ROI) masih sesuai target," katanya, tanpa menyebut ROI, atau tingkat pengembalian investasi, yang diperoleh dari bank di Arab Saudi maupun di Indonesia.
Investor asing menunggu sinyal dari BI
JAKARTA. Penolakan terhadap rencana pembatasan kepemilikan mayoritas bank di tangan satu pihak, rupanya hanya ramai di dalam negeri. Di kalangan investor asing, rencana Bank Indonesia (BI) ini malah menuai sambutan baik. Mereka hanya membutuhkan kejelasan masa transisi dan mekanisme divestasi, bukan mempersoalkan substansi kebijakan. Akhir pekan lalu, investor asing sebuah bank besar mengemukakan pernyataan ini kepada KONTAN. Investor dari di Asia itu beralasan, selain beleid memiliki tujuan positif, di negara lain pembatasan kepemilikan sudah lumrah. "Di negara kami, bahkan jauh lebih ketat," kata Chief Executive Officer (CEO), induk perusahaan sebuah bank di Indonesia yang mayoritas sahamnya milik asing. Ia juga menepis anggapan, investor asing bakal pergi jika aturan itu berlaku. Bagi investor, yang paling penting seberapa besar keuntungan mereka, bukan berapa besar kepemilikan saham. "Di Arab Saudi kami hanya boleh memiliki saham bank 10%. Itu bukan masalah, karena return on investment (ROI) masih sesuai target," katanya, tanpa menyebut ROI, atau tingkat pengembalian investasi, yang diperoleh dari bank di Arab Saudi maupun di Indonesia.