Investor bargain hunting dolar AS, rupiah melemah ke Rp 14.020 per dolar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah mengakhiri perdagangan pekan ini dengan kinerja yang kurang memuaskan. Pada penutupan Jumat (8/1), rupiah di pasar spot ditutup ke level Rp 14.020 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ini membuat rupiah melemah 0,79% dibandingkan penutupan Kamis (7/1) di Rp 13.910 per dolar AS. Walau demikian, dalam sepekan, nilai tukar rupiah ini masih menguat 0,21%.

Nasib rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) pun serupa, setelah melemah 0,86% ke level Rp 14.058 per dolar AS. Namun, rupiah Jisdor ini masih berhasil menguat 0,33% di minggu ini.


Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, penguatan rupiah di awal pekan ini didorong oleh faktor pelemahan dolar AS seiring potensi kebijakan stimulus di era pemerintahan Joe Biden. 

Baca Juga: Paling lemah di Asia, rupiah ditutup melemah 0,79% ke Rp 14.020 per dolar AS

The greenback semakin tertekan setelah Partai Demokrat memenangkan pemilihan Senat di negara bagian Georgia. Ini Partai Demokrat menguasai Senat dan Kongres. 

Dengan demikian, sentimen risk-on pasar pun meningkat sehingga aset berisiko seperti rupiah diuntungkan oleh kondisi tersebut.

“Namun, di akhir minggu ini, dolar AS berhasil rebound karena aksi bargain hunting setelah dolar AS turun dari level terendah dalam tiga tahun. Selain itu, ada perkiraan bahwa ekonomi AS akan pulih di tahun ini, serta imbal hasil obligasi AS naik yang menambah daya dorong dolar AS di akhir minggu,” jelas Alwi kepada Kontan.co.id, Jumat (8/1).

Dia menambahkan, pernyataan pejabat Federal Reserve, James Bullard, yang bilang semua faktor yang akan memicu inflasi sudah ada. Dimulai dari kebijakan moneter hingga fiskal, turut mendorong sentimen.  Dengan prospek kenaikan inflasi, the Fed kemungkinan akan mempertimbangkan untuk mulai mengurangi program pembelian aset (tapering), yang saat ini senilai US$1 20 miliar per bulan, membantu rebound dollar di akhir pekan.

Sementara dari dalam negeri, pengumuman pemerintah mengenai penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di pulau Jawa dan Bali juga menyeret rupiah. Bahkan, data cadangan devisa Indonesia di akhir Desember 2020 yang naik menjadi US$ 135,9 miliar gagal melepaskan rupiah dari pelemahan di perdagangan kali ini.

Baca Juga: Cadangan devisa di 2020 meningkat, ini kata ekonom Bank Permata

“Pada pekan depan, sentimen penggerak rupiah adalah pidato ketua The Fed Jerome Powell, jika masih dovish, kemungkinan akan melemahkan dolar AS, yang memang secara tren masih turun. Dari dalam negeri, ada data neraca perdagangan, yang diperkirakan surplus US$ 2,1 miliar, yang juga bisa memberikan sentimen positif buat rupiah,” tambah Alwi.

Dengan sentimen tersebut, Alwi memprediksi rupiah punya peluang menguat di pekan depan. Ia memperkirakan, rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 13.850 - Rp 14.100 per dolar AS.

Selanjutnya: OJK tetapkan rating efek yang tidak melalui penawaran umum minimal idAA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari