JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dijadwalkan mendatangi kawasan industri Batam, Rabu (4/11). Kunjungan ini menusul beredarnya kabar akan hengkangnya investor asing dari daerah tersebut. Salah satu investor yang dikabarkan akan mencabut investasinya adalah perusahaan asal Jepang. Perusahaan tersebut ingin hengkang ke Vietnam karena dianggap memiliki iklim investasi yang lebih menarik khususnya dalam hal tenaga kerja, pengupahan, perizinan serta keamanan investasi.
Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, dalam kunjungan ini pihaknya akan melakukan dialog tidak hanya dengan beberapa investor Batam lainnya. “Batam ini memiliki makna strategis karena merupakan salah satu kawasan industri yang pertama kali didirikan di Indonesia. Kami akan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan BP Batam untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif untuk Batam,” ujar Franky dalam keterangan resmi, Selasa (3/11). Franky mengatakan, dalam dialog tersebut tidak hanya menghadirkan para invstor namun juga akan melibatkan pemerintah Kota Batam, BP Batam, Apindo Batam, Himpunan Kawasan Industri serta asosiasi galangan kapal Batam atau Batam Shipyard and Offshore Association. Dirinya menambahkan, langkah BKPM ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam proses investasi sehingga dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Menurut Franky, ada tiga langkah BKPM untuk mewujudkan hal tersebut yaitu, penyederhaan perizinan, memfasilitasi investasi terhambat dan peningkatan investasi. Untuk perizinan, BKPM menargetkan adanya kepastian syarat dan waktu perizinan, sehingga tercapai perizinan yang cepat, mudah, transparan dan terintegrasi.
BKPM telah mengidentifikasi 80 perusahaan yang sedang dalam tahap konstruksi. Dari 80 perusahaan tersebut tercatat nilai investasi mencapai US$ 19,07 miliar, dengan rencana penyerapan sebesar 289.112 tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. Dari data yang dirilis BKPM, untuk periode Januari-September 2015, realisasi investasi Jepang menduduki peringkat ketiga dengan nilai investasi mencapai US$ 2,49 miliar dengan jumlah proyek 1.315. Ini dibawah Singapura dengan jumlah investasi US$ 3,5 miliar dengan 1.998 proyek, dan Malaysia dengan nilai investasi US$ 2,9 miliar dengan 600 proyek. Selain melakukan dialog, kunjungan tersebut juga akan dimanfaatkan untuk melihat salah satu fasilitas investor yang telah beroperasi selama 25 tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri