KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi akibat sentimen pemilu Amerika Serikat (AS), para investor cenderung mencari mata uang
safe haven untuk mengamankan asetnya. Mata uang
safe haven yang menjadi incaran utama meliputi dolar AS (USD), franc Swiss (CHF), dan yen Jepang (JPY). Lukman Leong, seorang pengamat mata uang dan komoditas, menjelaskan bahwa dolar AS dianggap sebagai mata uang lindung nilai karena ekonomi dan kekuatan militernya yang terbesar di dunia.
Baca Juga: Dolar AS Turun ke Level Terendah dalam 2 Minggu Akibat Profit Taking dari Trump Trade USD juga merupakan mata uang yang paling banyak diperdagangkan serta memiliki porsi terbesar dalam cadangan devisa (cadev) global. Sementara itu, CHF dan JPY juga digemari investor karena stabilitas ekonomi serta sistem finansial yang kuat dan maju. Mata uang ini memiliki tingkat inflasi yang rendah dan performa historis yang stabil, menjadikannya pilihan saat kondisi pasar penuh ketidakpastian. Lukman menambahkan bahwa dalam situasi ketidakpastian, aset berisiko seperti saham biasanya mengalami penurunan nilai. Investor pun cenderung menjual aset berisiko tersebut dan beralih ke bentuk tunai, terutama dolar AS.
Baca Juga: Saham dan Emas Direkomendasikan Jelang Pengumuman Pilpres AS, Ini Alasannya Ketika hasil pemilu AS diumumkan, khususnya jika Trump menang, banyak negara mengekspresikan kekhawatiran atas sikap proteksionis Trump yang diperkirakan akan meningkat. "Sikap Trump yang kurang sejalan dengan NATO serta tuduhan terhadap Taiwan dalam pencurian industri semikonduktor AS adalah beberapa contoh kekhawatiran yang mungkin timbul," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (4/11). Skenario kemenangan Trump diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian geopolitik, sehingga mendorong investor mencari aset safe haven, termasuk mata uang seperti USD, CHF, dan JPY. Menurut Lukman, USD akan menjadi mata uang yang paling banyak dicari jika Trump menang. Kebijakan tarif dan pajak impor yang mungkin diterapkan Trump akan meningkatkan inflasi dan memperbesar peluang kenaikan suku bunga oleh The Fed, sehingga menguatkan nilai USD.
Baca Juga: Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS pada Senin (4/11), Ini Sentimen Pemicunya "Indeks dolar AS berpotensi naik hingga 106 atau lebih tinggi jika Trump menang, dengan ekspektasi bahwa tarif dan pajak impor akan meningkat," jelas Lukman. Setelah USD, mata uang CHF diperkirakan akan menyusul sebagai
safe haven, sedangkan yen Jepang (JPY) mungkin sedikit tertekan oleh aktivitas
carry trade, di mana investor meminjam JPY dan berinvestasi di USD yang menawarkan bunga lebih tinggi. Hal ini menambah permintaan untuk mengonversi JPY ke USD. Selain itu, ketidakpastian politik di Jepang dan perbedaan pandangan kebijakan suku bunga antara Bank of Japan (BoJ) dan pemerintahan Jepang yang baru turut mempengaruhi nilai JPY. Lukman memproyeksikan, nilai JPY berada di level 155, sementara CHF di level 0,90. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyatakan bahwa pasar cenderung tidak menyukai ketidakpastian, yang mendorong penguatan mata uang safe haven.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,18% ke Rp 15.751 Per Dolar AS Pada Senin 4 November 2024 "Dalam sepekan terakhir, CHF menguat 0,48%, yen menguat 0,71%, dan dolar melemah 0,10%,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id. Melemahnya dolar sedikit dipengaruhi oleh faktor likuidasi menjelang pemilu dan kebijakan moneter The Fed, serta menunggu hasil pemilu yang akan digelar esok hari. Sutopo merekomendasikan yen Jepang di antara tiga mata uang tersebut, mengingat kemungkinan BoJ akan menaikkan suku bunga pada Desember mendatang. Meskipun Jepang menghadapi tantangan ekonomi yang besar, ekonomi negara tersebut masih tergolong stabil sehingga yen menjadi pilihan aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,18% ke Rp 15.751 Per Dolar AS Pada Senin 4 November 2024 Pasar cenderung tetap memilih yen terlepas dari hasil pemilu AS. Sutopo memprediksi nilai yen berada di kisaran 145 hingga 140 dalam waktu dekat. "Yen adalah salah satu mata uang paling likuid di dunia, yang memungkinkan investor untuk melakukan transaksi dalam jumlah besar tanpa mempengaruhi harga secara signifikan," tutup Sutopo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto