NEW YORK. Harga emas lanjut reli untuk hari kedua di New York. Emas menguat di tengah spekulasi lonjakan harga komoditas dan rendahnya suku bunga akan mendorong permintaan aset lindung nilai terhadap inflasi.Semalam, kontrak emas untuk pengiriman Juni naik 0,1% ke level US$ 1.455,60 pada pukul 1.40 p.m. di Comex, New York. Sementara, kontrak yang sama sudah melaju 0,2% ke level US$ 1.457,80 per ons troy, pada pukul 8.40 a.m. waktu Melbourne. Riset GFMS Ltd. menyebutkan emas akan mencetak rekor di US$ 1.600 pada tahun ini. Pemicunya, karena investor memburu emas sebagai perlindungan atas percepatan kenaikan harga konsumen atau inflasi. Si kuning ini sudah menguat 26% di tahun lalu, dan mencapai rekor harga tertingginya di US$ 1.478 per ons troy, pada 11 April lalu.Frank Lesh dari FuturePath Trading LLC di Chicago menyebut, kita tidak bisa mengukur risiko yang ada di luar sana saat ini. Inflasi masih menjadi mata kunci di tahun ini. "Konflik di Libya dan Timur Tengah masih berlanjut, sementara AS belum terlihat untuk mengubah kebijakan suku bunganya di level rendah," kata Frank.Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Richard Fisher mengatakan, ada risiko inflasi AS di luar kontrol. Sementara, International Monetary Fund (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS dan Jepang pada minggu ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investor berlindung dari percepatan inflasi, emas lanjut reli
NEW YORK. Harga emas lanjut reli untuk hari kedua di New York. Emas menguat di tengah spekulasi lonjakan harga komoditas dan rendahnya suku bunga akan mendorong permintaan aset lindung nilai terhadap inflasi.Semalam, kontrak emas untuk pengiriman Juni naik 0,1% ke level US$ 1.455,60 pada pukul 1.40 p.m. di Comex, New York. Sementara, kontrak yang sama sudah melaju 0,2% ke level US$ 1.457,80 per ons troy, pada pukul 8.40 a.m. waktu Melbourne. Riset GFMS Ltd. menyebutkan emas akan mencetak rekor di US$ 1.600 pada tahun ini. Pemicunya, karena investor memburu emas sebagai perlindungan atas percepatan kenaikan harga konsumen atau inflasi. Si kuning ini sudah menguat 26% di tahun lalu, dan mencapai rekor harga tertingginya di US$ 1.478 per ons troy, pada 11 April lalu.Frank Lesh dari FuturePath Trading LLC di Chicago menyebut, kita tidak bisa mengukur risiko yang ada di luar sana saat ini. Inflasi masih menjadi mata kunci di tahun ini. "Konflik di Libya dan Timur Tengah masih berlanjut, sementara AS belum terlihat untuk mengubah kebijakan suku bunganya di level rendah," kata Frank.Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Richard Fisher mengatakan, ada risiko inflasi AS di luar kontrol. Sementara, International Monetary Fund (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS dan Jepang pada minggu ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News