JAKARTA. Pelaku pasar kembali bernyali dalam menempatkan investasinya di aset-aset berisiko. Dana dari aset safe haven pun mulai ditarik. Alhasil, harga aset safe haven merosot, termasuk emas. Analis SoeGee Futures Alwi Assegaf bilang, harga emas terus tertekan dalam tiga sesi perdagangan terakhir. Koreksi dipicu penguatan pada bursa saham Wall Street. Sekadar info, indeks Dow Jones Industrial (DJI) ditutup menembus 20.000. "Ini menunjukkan adanya minat investor pada aset berisiko sehingga meninggalkan safe haven seperti emas," ujar Alwi.
Di samping itu, harga emas sudah naik signifikan. Awal pekan ini, emas berada di posisi US$ 1.218,5 per ons troi, atau angka tertinggi sejak November 2015. "Aksi profit taking dan risk appetite mengikis harga emas," lanjut Alwi. Kemarin (26/1), per pukul 15.30 WIB, harga emas kontrak pengiriman April 2017 di Commodity Exchange melemah 0,15% ke US$ 1.196 per ons troi. Dalam sepekan terakhir, emas tergerus 0,69% . Pelaku pasar sebenarnya masih fokus mencermati isu yang berkembang di Amerika Serikat (AS). Pasar berharap Presiden AS Donald Trump memenuhi janjinya saat kampanye. Di antaranya, meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menambah stimulus fiskal. Sejak dilantik, sudah ada beberapa keputusan yang ditandatangani Trump, termasuk percepatan kajian lingkungan bagi proyek infrastruktur. Trump juga telah memerintahkan Menteri terkait mengkaji peraturan yang dapat mempercepat izin usaha.