Investor bisa memanfaatkan koreksi untuk masuk ke pasar saham maupun obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Outlook pasar modal pada sisa tahun ini dipercaya masih akan memberi potensi kenaikan bagi para investor. Momen terjadinya koreksi di pasar bisa dimanfaatkan untuk investor masuk, baik ke pasar saham maupun obligasi.

Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Ali Yahdin Saugi mengatakan, pada sisa tahun ini prospek pasar modal masih akan positif. Dengan, pertumbuhan ekonomi yang dipercaya bisa kembali ke level 4,5%-5%, baik pasar saham maupun pasar obligasi dinilai masih memiliki potensi naik.

“Walau memang upside sudah tidak akan sebesar tahun lalu mengingat pada akhir 2020 sudah terjadi apresiasi kinerja yang tinggi. MMI masih optimistis kinerja pasar saham dan obligasi pada sisa tahun ini bisa memberikan return yang menarik,” kata Ali dalam virtual media gathering pada Selasa (9/3).


Ali melihat, sentimen positif utama untuk pasar saham masih akan datang dari proses pemulihan aktivitas ekonomi. Tak hanya itu, implementasi omnibus law turut berpotensi menggenjot aktivitas ekonomi dan investasi di Indonesia yang pada akhirnya akan menjadi katalis positif untuk pasar saham.

Baca Juga: Saham Berkshire Melaju, Nilai Kekayaan Buffet Melonjak hingga US$ 100 Miliar

Ditambah lagi, Ali meyakini pembentukan lembaga pengelola investasi (LPI) akan memberikan leverage bagi sektor-sektor tertentu yang diuntungkan oleh pembukaan ekonomi. Menurutnya, sektor ritel dan properti merupakan salah satu yang diuntungkan dengan membaiknya daya beli masyarakat. Apalagi, vaksinasi juga akan mempercepat pulihnya daya beli masyarakat.

Ali juga bilang, sektor finansial, khususnya perbankan akan jadi salah satu sektor yang punya prospek menarik pada sisa tahun ini. Dengan berbagai faktor tadi, MMI menghitung IHSG bisa bergerak ke level 6.600-6.800 pada akhir tahun nanti.

Selain pasar saham dalam negeri, Ali pun menilai pasar saham offshore pada sisa tahun ini juga punya outlook yang menarik. Salah satu penggerak utamanya akan datang dari disahkannya stimulus AS senilai US$ 1,9 triliun. Ditambah lagi, dengan berbagai kebijakan bank sentral yang masih akan akomodatif, dan progres vaksinasi, pasar saham offshore masih akan tetap tumbuh walau relatif melandai jika dibandingkan tahun lalu.

Sementara untuk pasar obligasi, walaupun secara jangka pendek tengah diselimuti volatilitas karena adanya kenaikan yield US Treasury, Ali meyakini secara jangka panjang, obligasi masih punya prospek yang menarik.

Baca Juga: IHSG diprediksi lanjutkan penguatan pada akhir pekan ini, cermati saham-saham ini

“Justru momen koreksi ini bisa jadi pintu bagi investor untuk masuk ke obligasi. Ke depan, dengan likuiditas yang melimpah, dan yield Indonesia merupakan salah satu yang atraktif di emerging markets dan punya data ekonomi yang terus membaik serta nilai tukar yang stabil, maka potensi capital inflow masih akan terbuka,” imbuh Ali.

MMI memproyeksikan, yield SBN acuan 10 tahun masih akan berpotensi bergerak menuju ke kisaran 5,75%-6,25% pada akhir 2021.

Perencana Keuangan Eko Endarto mengatakan, di saat likuiditas berlimpah dan diiringi dengan tren suku bunga rendah, investor secara jangka pendek bisa melirik kelas aset obligasi. Ia melihat, masih ada potensi harga obligasi untuk kembali naik setelah tertekan dalam beberapa waktu terakhir.

Untuk jangka panjang, saham pastinya cukup menarik. "Dengan likuiditas yang berlebih, maka perusahaan akan punya banyak kesempatan untuk mendapatkan dana murah untuk rencana ekspansi maupun investasi mereka. Hal ini pada akhirnya akan membuat kenaikan keuntungan bagi perusahaan dan muaranya adalah kenaikan harga saham," tutup Eko.

Baca Juga: Investor institusi bisa menggairahkan pasar uang Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati