JAKARTA. Masyarakat Indonesia kian melek berinvestasi. Tengok saja hasil final pemesanan Obligasi Negara Ritel (ORI)-011 yang mencapai sekitar Rp 21,34 triliun atau melewati target awal senilai Rp 20 triliun. "Dari jumlah ini, pemerintah menetapkan penjatahan sekitar Rp 21,21 triliun," kata Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Senin (20/10). Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mencatat, pemesanan dari wilayah Indonesia tengah dan timur hampir mencapai 10%, tepatnya 9,9% atau sekitar Rp 2,11 triliun. Pesanan ini naik dibandingkan dengan porsi pemesan ORI-010 dari kawasan ini yang di angka 7,4% Pemesanan dari wilayah Indonesia tengah dan timur itu menggerus pemesanan dari dua wilayah lain. Investor wilayah DKI Jakarta memesan 39,8% dari total ORI-011, Turun dibandingkan dengan ORI tahun lalu yang mencapai 41,9%. Pemesanan ORI-011 dari wilayah Indonesia barat (selain DKI Jakarta) juga turun dari 50,8% menjadi 50,4%.
Robert mengatakan, minat beli masyarakat ORI-011 masih tinggi, di tengah ketatnya likuiditas pasar keuangan dan ekspektasi kenaikan inflasi. Maraknya pemesanan ORI dari luar Jakarta tak lepas dari agen penjual yang banyak memiliki jaringan di daerah. Sebut saja trio Bank BUMN: Bank Rakyat Indonesia (BRI), BNI dan Bank Mandiri. Di BNI, pemesanan dari Jakarta mencapai 46% dan investor Indonesia bagian barat mengambil porsi 35%. Sementara di Indonesia timur 10% dan Indonesia bagian tengah 9% (Harian KONTAN, 17 Oktober 2014). Sementara di Bank Central Asia (BCA) pemesanan dari DKI Jakarta sebanyak 49,9%, selebihnya non Jakarta. "Rata-rata pemesanan yang masuk mencapai Rp 397 juta per investor," kata Branko Windoe, Head of Treasury BCA. Menurut Analis Sucorinvest Central Gani, Ariawan, investor Jakarta masih dominan karena pusat bisnis dan akses informasi lebih mudah. Alhasil, "Berbagai instrumen investasi masih didominasi dari DKI Jakarta," tuturnya.