Investor Denmark tertarik berinvestasi di proyek terminal pelabuhan Kalibaru



JAKARTA. Pembangunan proyek Terminal Pelabuhan Kalibaru Utara yang merupakan pengembangan dari Pelabuhan Tanjung Priok mulai diminati investor asing. Tercatat, beberapa investor asing siap mengikuti tender proyek tersebut dengan total investasi Rp 11,7 triliun.

Salah satunya adalah APM Terminals. Perusahaan asal Denmark ini menyatakan siap menyelesaikan proyek konstruksi Kalibaru dua sampai tiga tahun di luar reklamasi jika pihaknya memenangkan tender. “Kami tertarik dengan proyek ini,” kata Hans Ole Madsen, VP Business APM Terminal, Rabu (18/5).

APM tidak keberatan dengan biaya investasi yang tawarkan oleh pemerintah sebesar Rp 11,7 triliun. “Angka itu wajar karena sudah termasuk pembangunan jembatan yang memang membutuhkan biaya besar,” kata Madsen.


Sebagai bentuk keseriusan, APM Terminals akan menggandeng Badan Usaha Pelabuhan (BUP) lokal saat tender. Tapi, ia mengaku belum memutuskan bergabung dengan BUP mana, sebab mereka masih melakukan kalkulasi harga untuk diajukan kepada pemerintah.

Sekretaris Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Kemal Heryandri mengatakan, banyak investor tertarik menggarap proyek Kalibaru. “Maerskline dari Prancis, COSCO dari Korea, dan Hutchinsun dari Cina, mereka sangat antusias dengan proyek tersebut," ujar Kemal.

Menurut Kemal, investor asing harus bergabung dengan BUP jika ingin ikut tender. Ketentuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memang mengharuskan asing menggandeng BUP, dengan komposisi kepemilikan asing maksimal 49%, dan kepemilikan lokal 51%.

Sedangkan untuk mitra lokal, Kemal mengatakan sudah ada 60 BUP yang memiliki izin dan bisa diajak bekerjasama. “Hanya saja kami belum tahu berapa BUP yang akan ikut tender Kalibaru ini," ujarnya.

Menurut Kemal, seluruh biaya proyek Kalibaru nantinya akan diserahkan pada investor. Pemerintah, menurut Kemal, akan memilih investor yang bisa memberikan keuntungan lebih kepada pemerintah. "Itu akan menjadi pertimbangan kami,” katanya.

Ketika ditanya tentang pinjaman JICA (Japan International Cooperation Agency), Kemal menyatakan belum melakukan konfirmasi. Yang jelas, jika nanti proyek ini ditender dan tidak ada yang tertarik, barulah pemerintah akan menggandeng JICA.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, proses prakualifikasi peserta tender akan gelar pada minggu kedua Juni 2011. “Setelah melangsungkan pengenalan pasar atau premarket sounding, pemerintah akan memilih investor dalam tahap prakualifikasi dan memutuskan pemenang tender pada November 2011,” ujarnya.

Ia berharap, proses peletakan batu pertama atau ground breaking dapat dilakukan tahun ini dan pembangunannya dimulai tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini