KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor mata uang yen lagi-lagi mencuat di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap konflik perang dagang yang terus bergulir. Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai pembatasan investasi China di perusahaan teknologi milik AS memantik kembali suhu konflik dagang kedua negara. Alhasil, yen menguat di hadapan dollar AS yang mengalami koreksi. Mengutip Bloomberg, Selasa (26/6) pukul 17.30 WIB, pasangan mata uang USD/JPY melemah 0,12% ke level 109,64. Pelemahan dollar dipicu oleh sikap investor yang kembali menghindari risiko di kala perang dagang bergejolak.
"Yen menguat di saat bursa saham global mayoritas mengalami penurunan," ujar analis Global Kapital Investama, Alwy Assegaf, Selasa (26/6). Kendati demikian, penguatan yen saat ini memang didominasi oleh posisinya sebagai aset safe haven. Secara fundamental, penguatan yen terbatas lantaran data perekonomian, terutama inflasi, yang masih belum mendukung. Hari ini, Bank Sentral Jepang (BoJ) mengumumkan Consumer Price Index (CPI), data yang menunjukkan inflasi Jepang, di bulan Juni berada di level 0,5%. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi dan stagnan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. "Data ini mengkonfirmasi kebijakan BoJ untuk terus melangsungkan program pemberian stimulus dalam jangka waktu yang lebih lama," kata Alwy. Sebaliknya, prospek kenaikan suku bunga The Fed justru masih cukup kuat menopang dollar AS. Itu sebabnya, koreksi yang dialami USD/JPY cenderung tipis saja. Apalagi, pekan ini, pelaku pasar masih menanti sejumlah data ekonomi penting AS lainnya seperti pertumbuhan ekonomi di kuartal-I 2018 dan data indikator inflasi yaitu Core PCE Price Index bulan Juni. "Ekspektasinya cukup positif sehingga ada peluang dollar AS bisa kembali menguat seiring dengan kepastian pengetatan moneter The Fed," ujar Alwy. Ditinjau dari indikator teknikal, Alwy melihat saat ini tren harga USD/JPY memang masih berada di bawah garis MA 10. Namun, harga masih tertahan di area MA 55. Jika harga melorot ke bawah level 109,35, dollar AS akan melanjutkan pelemahan.
Sementara, indikator MACD masih berada di area positif, tetapi histogram tampak terus menurun. Begitupun dengan indikator RSI yang sudah mulai negatif di posisi 47, serta Stochastic yang telah membentuk pola deadcross yang memberi sinyal penurunan. Dari keempat indikator teknikal tersebut, Alwy menyimpulkan USD/JPY masih berpotensi bearish. Untuk itu, ia memberi rekomendasi sell on strength. Namun, Alwy juga tak menampik potensi rebound dollar AS, meski terbatas. Untuk perdagangan besok, Rabu (27/6), prediksinya harga pasangan mata uang ini bergerak di rentang support 09,35 - 108,70 - 108,00 dan resistance 110,20 - 110,89 - 111,38. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia