JAKARTA. Manulife Investor Sentiment Index (Manulife ISI) merilis hasil survey yang didasarkan pada wawancara 3.500 responden di tujuh pasar Asia. Di Indonesia, survei dilakukan terhadap 500 responden di tiga kota berbeda.Hasil survei tersebut memunculkan fakta bahwa investor Indonesia menjadi yang paling pesimistis terhadap saham dan ekuitas.Investor Indonesia mengandalkan dana tunai atau properti sebagai instrumen mereka. Sebab, mereka merasa bahwa saat ini merupakan waktu yang kurang tepat untuk berinvestasi di saham atau ekuitas. Dalam survei Manulife ISI itu mereka menyatakan, pasar saham tidak stabil dan ada keyakinan ada keuntungan yang lebih tinggi di investasi lain.Ini berarti, para investor Indonesia lebih memilih instrumen investasi yang berisiko lebih rendah dan memiliki pengetahuan yang minim mengenai saham. Padahal setelah krisis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertumbuh dari tahun ke tahun."Ada kesenjangan optimisme mereka (investor Indonesia), terhadap tujuan keuangan dan pensiun dengan perilaku investasi mereka," tutur Presiden Direktur sekaligus CEO Manulife Indonesia, Chris Bendl, Selasa (2/4).Dengan hasil survei itu, Chris merekomendasikan para investor untuk menimbang instrumen investasi selain dana tunai dan properti yang dapat memberikan keuntungan lebih tinggi serta memenuhi tujuan keuangan.Sementara, Presiden Direktur PT Manulife Asset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro menilai, masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa dana yang mereka tempatkan di rekening tabungan berbunga rendah. Dana itu pada akhirnya akan tergerus oleh inflasi. Namun Legowo melihat ada kebutuhan untuk memobilisasi tabungan secara lebih efisien dengan instrumen investasi lainnya."Salah satunya reksa dana, terutama reksa dana saham. Ini sudah terbukti bisa memberikan imbal hasil yang mampu mengalahkan laju inflasi," terang Legowo.Sayangnya, Legowo juga menganggap masih banyak masyarakat yang tidak paham reksa dana. "Sehingga mereka tidak menggunakan peluang ini dengan baik," tambah Legowo.Informasi saja, Manulife ISI di Asia merupakan survei triwulanan yang mengukur dan melihat pandangan para investor di tujuh negara Asia. Riset ini dilaksanakan pada pertengahan Desember 2012 hingga akhir Januari 2013 oleh TNS, sebuah lembaga survei internasional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investor Indonesia pesimis atas saham dan ekuitas
JAKARTA. Manulife Investor Sentiment Index (Manulife ISI) merilis hasil survey yang didasarkan pada wawancara 3.500 responden di tujuh pasar Asia. Di Indonesia, survei dilakukan terhadap 500 responden di tiga kota berbeda.Hasil survei tersebut memunculkan fakta bahwa investor Indonesia menjadi yang paling pesimistis terhadap saham dan ekuitas.Investor Indonesia mengandalkan dana tunai atau properti sebagai instrumen mereka. Sebab, mereka merasa bahwa saat ini merupakan waktu yang kurang tepat untuk berinvestasi di saham atau ekuitas. Dalam survei Manulife ISI itu mereka menyatakan, pasar saham tidak stabil dan ada keyakinan ada keuntungan yang lebih tinggi di investasi lain.Ini berarti, para investor Indonesia lebih memilih instrumen investasi yang berisiko lebih rendah dan memiliki pengetahuan yang minim mengenai saham. Padahal setelah krisis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertumbuh dari tahun ke tahun."Ada kesenjangan optimisme mereka (investor Indonesia), terhadap tujuan keuangan dan pensiun dengan perilaku investasi mereka," tutur Presiden Direktur sekaligus CEO Manulife Indonesia, Chris Bendl, Selasa (2/4).Dengan hasil survei itu, Chris merekomendasikan para investor untuk menimbang instrumen investasi selain dana tunai dan properti yang dapat memberikan keuntungan lebih tinggi serta memenuhi tujuan keuangan.Sementara, Presiden Direktur PT Manulife Asset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro menilai, masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa dana yang mereka tempatkan di rekening tabungan berbunga rendah. Dana itu pada akhirnya akan tergerus oleh inflasi. Namun Legowo melihat ada kebutuhan untuk memobilisasi tabungan secara lebih efisien dengan instrumen investasi lainnya."Salah satunya reksa dana, terutama reksa dana saham. Ini sudah terbukti bisa memberikan imbal hasil yang mampu mengalahkan laju inflasi," terang Legowo.Sayangnya, Legowo juga menganggap masih banyak masyarakat yang tidak paham reksa dana. "Sehingga mereka tidak menggunakan peluang ini dengan baik," tambah Legowo.Informasi saja, Manulife ISI di Asia merupakan survei triwulanan yang mengukur dan melihat pandangan para investor di tujuh negara Asia. Riset ini dilaksanakan pada pertengahan Desember 2012 hingga akhir Januari 2013 oleh TNS, sebuah lembaga survei internasional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News