JAKARTA. Investor asing yang merambah bisnis perasuransian di Indonesia bakal bertambah lagi. Kabarnya, dua investor asal Jepang tertarik membeli 40% saham PT Panin Life. Sumber Reuters menyebut, dua investor itu adalah Dai-Chi Life Insurance Co Ltd dan Fukoku Mutual Life Insurance Co. Sumber yang enggan disebutkan namanya itu berujar, dua perusahaan itu sudah masuk dalam daftar pilihan. Sebelumnya, Nippon Life, perusahaan asuransi terbesar di Jepang, juga tertarik, tapi mengundurkan diri. Selanjutnya, pihak-pihak terkait akan melakukan negosiasi secara intens. Targetnya, jual-beli itu sudah tercapai kesepakatan sebelum akhir tahun. Untuk mensukseskan transaksi ini, Panin Life sudah menunjuk Bank Merril Lynch sebagai penasihat keuangan.
Diperkirakan, nilai transaksi bisnis ini mencapai US$ 200 juta atau sekitar Rp 1,94 triliun. Nilai itu bisa jadi cukup mahal, mengingat, Panin Life hanya beraset Rp 3,53 triliun per akhir September 2012. Artinya, 40% dari aset Panin Life hanya Rp 1,41 triliun. Simon Imanto, Vice President DirectorPanin Life, mengakui, pihaknya berminat menjalin kerjasama dengan investor. Namun belum mau memaparkan apakah kerjasama dengan investor baru itu melalui penjualan saham. "Ada rencana kerjasama tapi sekarang belum apa-apa, nanti kalau sudah ada perkembangan akan kami infokan," terangnya kepada KONTAN pada Jumat (7/11). Butuh kerjasama Fadjar Gunawan, Presiden Direktur PT Panin Financial Tbk, induk usaha Panin Life, pun tidak membantah kabar itu. Pihaknya memang sedang mencari mitra baru untuk mengembangkan bisnis perusahaan. "Sekarang masih proses (jual-beli)," kata Fadjar. Hanya saja, pencarian investor ini menjadi tanda tanya tersendiri. Soalnya, Panin Life merupakan salah satu usaha Grup Panin, perusahaan besar di Indonesia. Di grup ini terdapat Bank Panin yang beraset Rp 141,48 triliun per akhir September 2012. Ini adalah salah satu dari 10 bank beraset terbesar di Indonesia. Lalu, ada PT Panin Insurance Tbk, salah satu perusahaan asuransi umum besar beraset total Rp 12,34 triliun pada periode sama. "Grup kami memang besar, tapi masih ada yang lebih besar dan kami butuh kerjasama dengan pemain besar," tambah Fadjar. Hanya saja, kinerja Panin Life belakangan kurang memuaskan. Hingga akhir kuartal III 2012, Panin Life hanya mengantongi premi bruto Rp 1,6 triliun, tumbuh stagnan dibanding periode sama tahun lalu. Sementara, klaim tumbuh 69,26% menjadi Rp 1,78 triliun. Namun, apapun itu, potensi bisnis asuransi di Indonesia sangat besar. Soalnya, penetrasi asuransi per kuartal III 2012 baru 1,8%. Penetrasi adalah perbandingan antara premi bruto dengan pendapatan domestik bruto. Penetrasi asuransi di Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan di Jepang sebesar 11% dan masih di bawah rata-rata Asia sebesar 5,8%. Kecilnya angka penetrasi asuransi menunjukkan, peluang bisnisnya masih besar. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga mencatat, pertumbuhan premi asuransi jiwa cukup besar, 15,5% pada tahun ini. Lalu, pengeluaran masyarakat untuk berasuransi semakin besar dari Rp 547.130 pada tahun lalu menjadi Rp 603.800 tahun ini.
Tahun depan, Swiss Re memperkirakan, pertumbuhan premi asuransi jiwa di Indonesia mencapai 9,8% dibanding tahun ini. Namun, pelaku usaha meyakini pertumbuhan premi asuransi jiwa masih di atas 20%. Catatan saja, selama ini bisnis asuransi jiwa di Indonesia selalu tumbuh di atas 25% per tahun. Tak heran, banyak investor asing tertarik berbinis asuransi Indonesia. Sebelumnya, Hanwha Life Insurance asal Korea Selatan mengakuisisi mayoritas saham Multicor Life senilai US$ 13 juta. lalu ACE Limited mengakuisisi 80% saham PT Asuransi Jaya Proteksi (Japro) senilai US$ 130 juta. Selain itu, Insurance Australia Group (IAG) juga sudah menyiapkan US$ 102 juta untuk membeli salah satu perusahaan asuransi lokal. Apalagi, peluang investor asing menguasai saham perusahaan asuransi domestik sangat besar dan mudah. Pada penyertaan pertama, investor asing bisa menguasai 80% saham perusahaan asuransi lokal. Selanjutnya, investor bisa memperbesar pemilikan saham hingga 99%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri