Investor Kakap Lepas Saham Perbankan, Begini Kata Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah investor besar tercatat melepas saham kepemilikan mereka dari saham perbankan di pasar modal dalam negeri.

Berdasarkan catatan Kontan, setidaknya ada empat investor besar yang mengurangi kepemilikan saham mereka di saham bank empat besar. Pertama, FMR LLC (Fidelity Investments)

Sejak kuartal IV 2022, FMR LLC tercatat menambah investasinya di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Hingga kuartal III 2023, FMR LLC punya 1.936.297.576 saham, dari sebelumnya 1.590.201.404 saham pada akhir kuartal III 2022.


Sejak awal tahun 2023, Fidelity juga terus menambah porsi kepemilikan di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Namun, sejak kuartal III 2023, angkanya terus turun menjadi 2.310.869.204 saham di akhir kuartal III dan sampai kuartal IV (berjalan) ini, kepemilikannya tinggal 2.310.515.742 saham.

Baca Juga: Beberapa Emiten Blue Chip Terlempar dari Top 10 Market Cap, Ini Kata Analis

Kedua, JP Morgan. Investor ini aktif menambah porsi kepemilikan sahamnya di BBRI sejak awal 2023. Namun, sama seperti Fidelity, sejak kuartal III 2023, investasinya di BBRI terus menurun. 

Di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), JP Morgan terus memangkas porsi kepemilikannya juga. Jika di akhir 2022 dia punya 109.160.600 saham, kini hanya 44.072.600, turun lebih dari separuhnya.

 
BBNI Chart by TradingView

JP Morgan juga terus memangkas kepemilikan sahamnya di BBCA sejak kuartal 2022. Dari posisi akhir kuartal III 2022 sebanyak 2,19 miliar saham, kini menjadi tinggal 1,53 miliar saham.

Ketiga, BlackRock Inc. Sejak kuartal IV 2022, BlackRock menambah investasinya di BBCA hingga akhir Q2 2023. Namun, sejak Q3 2023, Blackrock terus memangkas investasinya di BBCA hingga kini menjadi 1.979.088.575 saham.

Baca Juga: Maybank Kasih Nilai Tinggi untuk ESG GoTo: di Atas Rata-rata

Keempat, Aberdeen. Sejak akhir 2022, Aberdeen aktif menambah kepemilikan sahamnya di BBNI yang saat itu berjumlah 12.657.400 saham. Sampai akhir Q3 2023, nilainya berjumlah 38.888.400 saham. Sampai sekarang, posisinya naik dua kali lipat menjadi 67.629.000 saham.

Berbanding terbalik, penempatan investasi Aberdeen di kuartal IV 2022 sebanyak 478.118.901 saham, dan kini terpangkas separuhnya menjadi 222.001.426 saham.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Sebab, pada kuartal III 2023 masih ada ketidakpastian di pasar, terutama dari sisi global.

“Sehingga, fund flow asing kembali keluar, baik dari pasar saham atau pasar obligasi domestik, jika dilihat secara seluruhnya,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (22/11).

Menurut Arjun, investor lebih cenderung untuk masuk ke aset safe haven aset daripada mengalihkan dana mereka dari pasar berkembang ke pasar maju, seperti Amerika Serikat (AS). 

“Perbankan besar rata-rata juga terdampak dari perubahan aliran dana asing ini,” paparnya.

Baca Juga: Menilik Nasib Saham-saham yang Kena Rombak MSCI Usai AMMN, ARTO & EMTK Naik

Namun, keputusan para investor kakap itu untuk menjual saham-saham bank domestik memiliki alasan masing-masing yang terkait dengan keputusan investasi mereka. 

Hal itu mereka lakukan terlepas dari kinerja saham perbankan top 4 yang sebenarnya masih cukup baik sebagai prospek investasi jangka pendek maupun panjang. 

“Mereka emiten yang mempunyai fundamental yang sangat solid dari berbagai segi serta prospek yang bagus,” paparnya.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, aksi tersebut merupakan rotasi sektor atau profit taking biasa. Hal itu pun tidak akan mempengaruhi kinerja para emiten-emiten terkait.

 
BBCA Chart by TradingView

Namun, harga di pasar bisa terpengaruh jika keluarnya terlalu besar jika dibandingkan transaksi harian saham tersebut. “Mungkin investor besar itu juga melihat potential upside yang lebih besar di saham-saham sektor lainnya,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (22/11).

Baca Juga: Efek Pemilu, UNTR Pangkas Target Penjualan Alat Berat

Menurut Budi, investor ritel yang trading boleh-boleh saja untuk ikut aksi investor besar, baik dalam aksi beli maupun jual. 

“Tapi untuk investor yang buy and hold, justru disarankan beli saat harga saham emiten tersebut sedang tertekan,” paparnya.

Arjun pun memberikan rekomendasi beli untuk BBRI, BBNI, dan BBCA dengan target harga masing-masing Rp 5.750, Rp 5.200, dan Rp 9.400 per saham.

Untuk saham perbankan lain, Arjun juga merekomendasikan beli untuk BMRI dan BRIS dengan target harga masing-masing Rp 6.300 dan 1.710 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli