Investor kembali mengejar SUN



JAKARTA. Para investor kembali memburu Surat Utang Negara (SUN) di pasar primer. Hal ini terlihat pada lelang SUN, Selasa (18/8), yang mencatat total penawaran Rp 20,885 triliun.

Nilai tersebut lebih rendah ketimbang lelang SUN dua pekan lalu (14/8) yang meraih penawaran sebesar Rp 28,062 triliun. Pemerintah kali ini menyerap lelang sebesar Rp 12 triliun atau lebih tinggi ketimbang target indikatif sebesar Rp 8 triliun.

Ada tiga seri yang dimenangkan. Pertama, seri SPN12160512 bertenor sembilan bulan diserap sebesar Rp 2 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,63% dan imbalan diskonto. Total penawaran yang masuk untuk seri ini sebesar Rp 4,805 triliun dengan yield tertinggi 7% dan yield terendah 6,45%.


Kedua, seri FR0053 yang jatuh tempo pada 15 Juli 2021 diserap sebesar Rp 5,55 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 8,4% dan imbalan 8,25%. Total penawaran yang masuk untuk seri ini sebesar Rp 7,83 triliun dengan yield tertinggi 8,67% dan yield terendah 8,28%.

Ketiga, seri FR0056 yang jatuh tempo pada 15 September 2026 diserap sebesar Rp 4,45 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 8,56% dan imbalan 8,375%. Total penawaran yang masuk untuk seri ini sebesar Rp 6,495 triliun dengan yield tertinggi 8,9% dan yield terendah 8,55%.

Namun, pemerintah enggan menyerap seri FR0073. Padahal seri yang jatuh tempo pada 15 Mei 2031 tersebut memperoleh penawaran sebesar Rp 1,755 triliun dengan yield tertinggi 9,25% dan yield terendah 8,98%.

Analis obligasi BNI Securities I Made Adi Saputra menilai, pemerintah enggan menyerap seri FR0073 karena yield yang diminta para investor terlampau tinggi. Apalagi pemerintah sudah hampir memenuhi target penerbitan SUN untuk kuartal ketiga tahun 2015. Walhasil, pemerintah memilih untuk menyerap permintaan dengan yield yang lebih kompetitif seperti yang terjadi pada ketiga seri lainnya.

Selain itu, lanjut Made, dari lelang kali ini, terlihat investor mulai berhati-hati untuk masuk ke SUN jangka panjang. Lihat saja SUN FR0053 bertenor sekitar enam tahun yang memperoleh penawaran terbanyak.

Sebab, para investor sedang memantau kondisi perekonomian Indonesia, apakah akan lebih kondusif lagi setelah Presiden Joko Widodo mengganti jajaran menterinya pekan lalu. “Investor menghindari risiko dulu sehingga bidding di tenor pendek. Soalnya SUN tenor pendek lebih kecil volatilitasnya,” paparnya. Jika Indonesia mulai unjuk gigi, maka investor akan beralih kembali ke SUN tenor panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie