Investor keramik membidik Sumatera



JAKARTA. Pengusaha keramik mulai melirik untuk membangun pabrik di luar Pulau Jawa. Salah satu yang mereka bidik adalah Pulau Sumatera. Selain karena permintaan keramik di daerah tersebut tinggi, juga karena ketersediaan pasokan gas.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan, lokasi di Sumatera yang dibidik investor adalah Tanjung Siapi-api, Sumatera Selatan. "Investor mulai melirik daerah tersebut untuk bangun pabrik," kata Elisa, Senin (10/10).

Elisa menuturkan, saat ini, sudah ada sejumlah perusahaan yang ingin membangun pabrik keramik di daerah tersebut. Besar kapasitas produksi pabrik yang akan mereka bangun adalah berkisar antara 10.000 hingga 15.000 meter persegi per hari.


Menurut Elisa, para investor berani mendirikan pabrik keramik di sana karena tingginya kebutuhan keramik di Sumatera Selatan. Saat ini, suplai keramik di Tanjung Siapi-api bergantung pada sejumlah pabrik di Medan. Secara umum, suplai keramik ke Sumatera Selatan minim.

Selain itu, para investor memilih daerah Sumatera sebagai basis produksi karena pasokan gas memadai. Pasokan gas tidak hanya dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) namun juga dari beberapa perusahaan gas swasta. Perusahaan gas swasta tersebut mampu mengimbangi kebutuhan pasokan gas industri.

Karena itu, kapasitas produk keramik di tanah air akan bertambah. Ia memprediksi hingga akkhir tahun 2011 kapasitas poduksi keramik mencapai 330 juta meter persegi. Angka ini naik 14,98% dari produksi tahun lalu yang sebesar 287 juta meter persegi.

Ferry Salanto, Wakil Direktur lembaga riset properti, Asosiasi Colliers International, bilang pertumbuhan properti merupakan faktor utama yang mendongkrak permintaan keramik.

Menurut Ferrry, keramik sangat dibutuhkan karena bagian dari material finishing properti. Bahkan keramik sangat menentukan nilai investasi bangunan untuk jangka panjang. "Kalau keramik bagus itu memberi nilai lebih bagi properti itu, apalagi bangunan komersial," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini