Investor Kian Agresif Beli Obligasi Negara



JAKARTA. Investor, baik lokal maupun asing, kian agresif memborong pasar Surat Utang Negara (SUN). Maklum, langkah Moody's Investors Service merevisi outlook utang Indonesia dari stabil menjadi positif membuat pamor SUN semakin bersinar.

Tak cuma itu. Keputusan Bank Indonesia (BI) mewajibkan investor berinvestasi di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) minimal 28 hari atau 1 bulan, membuat sebagian investor memindahkan dananya ke SUN. Sebab, pasar SUN lebih fleksibel karena tidak ada batasan jangka waktu investasi.

Hasilnya, lelang SUN kemarin (22/6) menarik penawaran hingga Rp 22,52 triliun. Padahal, pada lelang sebelumnya (8/6), penawaran yang masuk hanya Rp 17,11 triliun.


Toh, pemerintah tetap menahan diri. "Yang dimenangkan hanya Rp 6,72 triliun," ujar Rahmat Waluyanto, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan. Angka ini tak jauh berbeda dari hasil lelang 8 Juni lalu, yakni Rp 6,35 triliun.

Minat yang tinggi terhadap SUN juga terlihat dari lonjakan kepemilikan asing. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, per 18 Juni, dana asing yang parkir di SUN mencapai Rp 151,68 triliun. Jadi, selama tahun ini, angkanya sudah naik 40,44%.

Banjir likuiditas itu membuat indeks SUN kemarin mencetak rekor tertinggi di angka 105,2. "Keputusan Moody's dan kebijakan BI menjadi faktor pendorong yang dominan," ujar Handy Yunianto, Analis Obligasi Mandiri Sekuritas.

Saat ini, ia mengaku kesulitan memprediksi potensi kenaikan atau penurunan harga SUN. "Asing menyetir pasar, tak gampang menebak aliran dana asing," katanya.

Tapi, menurut Kepala Riset Obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto, harga SUN saat ini sudah masuk ke level premium. "Artinya terlalu mahal bagi investor dan sehingga yield saat ini sudah tidak menguntungkan," ujarnya. Jadi, kedua analis itu menyarankan investor tak gegabah masuk ke pasar SUN.

Apalagi, banyak analis memperkirakan, bunga acuan atau BI rate yang kini di 6,5% akan kembali naik pada akhir tahun ini atau tahun depan. Lazimnya, saat bunga naik, yield SUN ikut naik, sementara harganya turun.

Sebaliknya, mereka yang ingin merealisasikan keuntungan, bisa memanfaatkan momen saat ini. Apalagi jika investor masuk saat indeks SUN masih sekitar 98 di akhir Mei lalu.

Saran Handy, sebaiknya, investor ambil untung di SUN tenor panjang dan mengalihkan ke tenor menengah, sekitar 10 tahun. "Risiko penurunan harga karena BI rate bisa diminimalkan," dalihnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can