KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana menjadi pilihan utama masyarakat untuk berinvestasi. Jumlah investor reksadana pun mengalahkan jumlah investor saham dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, hingga November jumlah investor reksadana naik 104,77% secara year to date (ytd) menjadi 6,5 juta SID. Sebagai perbandingan, julah investor saham naik 95,49% ytd menjadi rp 3,31 juta SID. Sementara kenaikan DPK 9,60% yean on year per Oktober menjadi Rp 6.979,8 triliun. Sedangkan jumlah nasabah perbankan niak 11,27% yoy menjadi 378,57 rekening.
Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan investor lebih banyak memilih reksadana karena memiliki risiko yang lebih terukur dari pada saham. "Dana investor dikelola oleh manajer investasi, biasanya masyarakat dari yang biasanya menaruh dana di deposito akan mencoba reksadana sebelum saham," kata Eko, Jumat (12/10). Selain itu, Eko mengamati saat ini masyarakat cenderung memilih reksadana daripada saham karena kondisi ekonomi masih bergejolak dengan pengaruh kenaikan suku bunga AS dan pandemi.
Baca Juga: Meski pertumbuhannya melambat, bankir menilai deposito masih diminati Sementara itu, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan pertumbuhan jumlah investor reksadana jauh lebih tinggi dari saham karena generasi Z yang saat ini cukup banyak mendominasi pertumbuhan investor lebih nyaman masuk ke reksadana pasar uang. Hal ini tercermin dari pertumbuhan dana kelolaan reksadana pasar uang melebihi pertumbuhan DPK. Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan, dana kelolaan reksadana pasar uang hingga Oktober tumbuh 20,82% secara yoy. Sementara, di periode yang sama pertumbuhan DPK hanya 9,6% yoy. Namun, memang di satu sisi secara total dana kelolaan reksadana masih minus, penyebabnya Wawan katakan karena dana dari Badan Pengelola Keuangan Haji di reksadana keluar sekitar Rp 30 triliun. Selain itu, AUM di reksadana terproteksi juga menurun akibat insentif pajak yang sudah tidak ada. Sementara itu, Wawan mengapresiasi jumlah nasabah perbankan tumbuh cukup tinggi karena di sokong oleh kehadiran bank digital.
Eko memproyeksikan di tahun depan produk di luar perbankan akan terus meningkat peminatnya. Sebab, saat ini masyarakat sudah jauh lebih melek investasi. Produk yang ditawarkan pasar modal dan industri reksadana pun kini beragam. Sementara, masyarakat sudah semakin mengerti bahwa produk perbankan bukanlah produk investasi yang memberikan imbal hasil tinggi.
Baca Juga: IHSG terkoreksi, AUM Industri reksadana tumbuh karena aksi beli Akses investasi di luar perbankan yang semakin mudah dan murah juga mendukung minat investor pada investasi di luar produk perbankan akan naik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi