Investor masih minta imbal hasil tinggi



JAKARTA. Para investor masih memburu instrumen surat berharga negara (SBN) pada lelang, Selasa (26/2). Permintaan masuk dari investor mencapai Rp 18,86 triliun.

Namun, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan hanya memenangkan Rp 7,55 triliun. Jumlah tersebut sedikit lebih besar dibanding target indikatif Rp 7 triliun.

Head of Debt Capital Markets BCA Securities, Herdi Ranuwibowo menilai, penyerapan lelang yang lebih tinggi dibanding target indikatif menunjukkan pemerintah agresif mengejar target pembiayaan pada awal tahun. Menurutnya, total nominal yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp 7,55 triliun masih dalam batas kewajaran. "Pemerintah akan mengebut di kuartal I ini, sepanjang yield yang masuk sesuai dengan cost of fund," ujar Herdi, Selasa (26/2).


Ariawan, analis obligasi Sucorinvest Central Gani mengatakan, permintaan paling banyak di SBN bertenor panjang karena SBN tenor panjang memiliki likuiditas yang bagus di pasar sekunder. "SBN tenor panjang memiliki capital gain yang lebih menarik," kata Ariawan.

Meski permintaan SBN tenor panjang paling besar, pemerintah hanya mengambil 22% dari total permintaan. Ariawan mengatakan, investor banyak meminta imbal hasil tinggi untuk SBN seri FR0065. "Bukan hanya investor asing saja yang tertarik di SBN tenor panjang, tapi investor lokal pun berminat karena return dan capital gain lebih menarik," imbuh Ariawan.

Herdi menambahkan, porsi investor asing masih ramai. Umumnya, investor asing masuk pada seri SUN bertenor 15 tahun-20 tahun untuk trading. Investor asing cenderung memilih tenor panjang untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

Target bisa tercapai

Dengan tambahan dana dari lelang kali ini, DJPU sudah mendapat dana Rp 37,55 triliun atau 65,3% dari target hasil lelang kuartal pertama. Kata Ariawan, pemerintah tidak akan kesulitan menutup target penerbitan Rp 57,5 triliun.

Herdi mengungkapkan hal senada. Menurut Herdi, pemerintah masih berpotensi melakukan penyerapan melampaui target indikatif. Bulan depan menjadi momentum yang tepat karena tingkat inflasi diperkirakan menurun dibanding Januari.

Dengan demikian, yield yang akan ditawarkan investor akan turun mengikuti inflasi. Jadi, pemerintah bisa menyerap lebih banyak.

Dari sisi imbal hasil, Ariawan memperkirakan, pasar cenderung bergerak mendatar di semester pertama. Ia memprediksi, imbal hasil SBN bertenor 10 tahun akan bergerak antara 5,15% hingga 5,35%. "Sentimen global masih bervariasi sehingga mendorong tingginya volatilitas di pasar," imbuh Ariawan.

Di bulan Maret nanti, pemerintah akan menggelar dua kali lelang SBN dan dua kali lelang sukuk negara. Pada 5 Maret, DJPU akan melelang lima seri sukuk negara dengan target indikatif Rp 1,5 triliun. Kelima sukuk yang ditawarkan adalah seri SPN-S 06092013 yang jatuh tempo 6 September 2013, PBS001 bertenor lima tahun, PBS002 bertenor 9 tahun, PBS003 bertenor 14 tahun, dan PBS004 bertenor 24 tahun.

Hasil Lelang Surat Utang Negara
Seri SPN12140217 FR0066 FR0063 FR0065
Jatuh tempo 17 Februari 2014 15 Mei 2023 15 Mei 2028 15 Mei 2033
Permintaan masuk Rp 5,62 triliun Rp 2,26 triliun Rp 4,49 triliun Rp 6,48 triliun
Dimenangkan Rp 1 triliun Rp 2 triliun Rp 3,1 triliun Rp 1,45 triliun
Yield tertinggi dimenangkan 4.125% 4.844% 5.312% 6.281%
Yield rata-rata tertimbang 4.116% 4.778% 5.280% 6.268%
Yield pasar sekunder (26/2) - 4,756% 5,241% 6,208%
sumber: DJPU, Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati