JAKARTA. Penguatan harga komoditas logam sejak dua pekan terakhir membuat investor memburu saham-saham emiten sektor ini. Meski analis belum sepakat, penguatan harga komoditas ini bakal bergerak stabil. Lihat saja, harga saham PT Timah Tbk (TINS) langsung melejit 15,65% menjadi Rp 1.330 di hari pertama perdagangan bursa pasca libur Lebaran (12/8). Demikian juga dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang melonjak 13,76% dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) meroket 10,92%. Pencetusnya kenaikan harga komoditas logam sejak akhir Juli hingga awal pekan ini. Timah misalnya, harganya melejit ke 8,33% menjadi US$ 22.100 per ton, meski Rabu (14/8), harganya sedikit melandai ke US$ 21.805 per ton. Harga logam lain seperti emas dan nikel juga mengalami nasib serupa.
Pemicu serangkaian kenaikan harga logam, kata Analis Ciptadana Securities, Willim Hadiwijaya karena data ekonomi China positif. Salah satunya data pertumbuhan industri China yang naik 9,7% year on year (yoy) di Juli 2013. Ini menjadi gairah industri berbasis komoditas kembali mekar."China adalah importir terbesar timah, nikel juga emas. Tak heran berita ini jadi sentimen yang mengerek harga," ujarnya, kemarin. Dari dalam negeri, pelaksanaan standarisasi ekspor timah dengan kemurnian 99,9% yang mulai berlaku Juli 2013 juga menjadi sentimen positif. Willim memperkirakan, harga rata-rata timah tahun ini sebesar US$ 23.500 per ton, naik dari tahun lalu di US$ 21.000. Analis AAA Sekuritas Carrel Mulyana juga menduga rilis data ekonomi China yang mengerek harga komoditas logam. Tapi masih butuh waktu untuk memastikan apakah isu ini bisa mengerek harga metal kembali ke level normal. Misalnya saja, prospek komoditas nikel, menurut Carrel masih akan negatif. Adalah ekspektasi terjadi kelebihan pasokan beberapa waktu kedepan seiring penemuan tambang baru jadi sebab. "Peluang harga nikel naik signifikan masih susah," katanya.