KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Strategi investasi investor kakap, Warren Buffett, selalu menjadi perhatian para investor. Legenda investasi dunia berusia 91 tahun yang dikenal karena nasihat dan kecakapan keuangan strategisnya. Pada kuartal II 2022, Buffet melalui perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway, menambah kepemilikan saham pada Apple dan Cevron, lalu mengambil alih 21 juta saham Ally Financial, dan menaikkan jumlah sahamnya di Paragon Global. Namun, Berkshire Hathaway pada Sabtu (5/11) telah melaporkan mengalami kerugian sebesar US$ 2,69 miliar pada kuartal III 2022. Kerugian ini disebut didorong jatuhnya investasi saham karena ketidakpastian ekonomi. Berkshire menderita kerugian US$ 10,1 miliar pada investasinya selama kuartal III.
Investor kemungkinan akan mempelajari rincian pembelian dan penjualan saham yang dilakukan Berkshire sepanjang kuartal III dalam formulir 13F Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) yang akan jatuh tempo pada 14 November mendatang.
Baca Juga: Warren Buffett Menjalani Hidup yang Bahagia, Apa Rahasianya? Formulir 13F merupakan laporan triwulanan yang harus diajukan oleh semua manajer investasi institusional di AS. Laporan ini berisi kepemilikan ekuitas mereka. Sejak akhir Juni 2022, Berkshire terus meningkatkan posisinya pada Occidental Petroleum Corp. Di tengah volatilitas baru-baru ini, Berkshire membeli 5,99 juta saham lagi antara 26 dan 28 September, menurut pengajuan 28 September. Sehingga perusahaan itu sekarang memegang 20,9% saham di produsen minyak dan gas tersebut. Melansir investor.com, Rabu (9/11), 10 saham teratas Warren Buffett per akhir Juni 2022 berdasarkan jumlah saham diantaranya Bank of America 1,01 miliar, Apple 894,8 juta, Coca-Cola 400 juta, Kraft Heinz 325,6 juta, Occidental Petroleum 272,2 juta, Chevron 161,4 juta, American Express 151,6 juta, Bancorp AS 119,8 juta, Nu Holdings 107,1 juta, dan HP 104,5 juta Buffet dikenal menerapkan
value investing. Pada tahun 2021, Berkshire Hathaway keluar dari Biogen (BIIB), Merck (MRK), Teva Pharmaceuticals (TEVA) dan Merck spin-off Organon (OGN), tidak lama setelah membuka saham di saham obat tersebut. Konglomerat tersebut juga membuang AbbVie (ABBV), Bristol Myers Squibb (BMY) dan Royalty Pharma (RPRX) pada 2022, tak lama setelah membelinya untuk pertama kalinya. Saham Buffett teratas cenderung menjadi penanam dividen. Ambil contoh saham Coca-Cola, yang mulai dikumpulkan Buffett pada tahun 1988 dan telah menghasilkan dividen selama 61 tahun berturut-turut.
Baca Juga: 5 Petuah Warren Buffett Soal Investasi di Masa Sulit, Bisa Dicontek Antara 1965 dan 2021, portofolio Berkshire Hathaway yang diikuti secara luas membukukan kenaikan tahunan gabungan 20,1%, hampir dua kali lipat dari indeks S&P 500, termasuk dividen. Meskipun dari sisi jumlah, portofolio saham Warren Buffet di Bank of Amerika paling banyak, namun secara nilai pasar portofolio terbesarnya ada di saham Apple yakni mencapai US$ 122,3 miliar per akhir Juni. Saham Apple menyumbang 40% dari total portofolio ekuitas Berkshire, naik dari 6% pada akhir 2016. Ini menyumbang sebagian besar dari lonjakan nilai portofolio selama periode itu.
Editor: Tendi Mahadi