Investor Mencermati Kebijakan Bank Sentral, Bursa Asia Ditutup Bervariasi Hari Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia ditutup varitif (mixed) dengan kecenderungan turun pada Selasa (19/4). Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menyebut, pergerakan bursa Asia dipengaruhi sikap investor yang menimbang kebijakan pemerintah China untuk menopang ekonomi dan prospek pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni  Federal Reserve.

Pada akhir pekan lalu, bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) mengumumkan akan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan sebesar 25 basis points (bps), membebaskan sekitar 530 miliar yuan atau setara US$ 83,25 miliar dalam bentuk likuiditas jangka panjang untuk menahan perlambatan laju ekonomi.

Namun, investor merasa penurunan ini lebih kecil dari ekspektasi, sehingga kemungkinan tidak cukup untuk menahan perlambatan tajam ekonomi di China yang tentunya akan memberi pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi global.


Para pakar ekonomi menilai penyesuaian pada kebijakan ketat pembatasan sosial (lockdown) justru dapat membantu pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Kinerja Pasar Saham Indonesia Positif Saat Kondisi Global Dinamis

Bank Dunia kemarin (18/4) memangkas secara drastis proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini pasca invasi Rusia ke Ukraina menjadi hanya 3,2% dari prediksi pada bulan Januari lalu yang sebesar 4,1%. Penurunan proyeksi ini dipicu oleh perlambatan ekonomi untuk kawasan Eropa dan Asia Tengah yang mencakup Rusia dan Ukraina.

Hari ini (19/4), rilis notulen rapat kebijakan bank sentral Australia (reserve bank of Australia) pada bulan April atau RBA Minutes memperlihatkan bahwa RBA semakin dekat dengan keputusan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kali dalam lebih dari satu dekade di tengah lonjakan inflasi dan ketatnya pasar tenaga kerja yang terus mengerek pertumbuhan upah.

Baca Juga: Melorot 1,05%, IHSG Diproyeksi Masih Akan Tertekan Besok

RBA memprediksi inflasi inti akan naik melebihi kisaran target 2% - 3% di kuartal pertama 2022 dan semakin banyak perusahaan yang membebankan kenaikan biaya pada konsumen. Pertumbuhan upah masih di bawah laju inflasi, namun kemungkinan besar akan melakukan akselerasi seiring dengan turunnya tingkat pengangguran menjadi 4%.

Pelaku pasar berspekulasi suku bunga acuan akan dinaikkan menjadi 0,25% pada pertemuan kebijakan RBA tanggal 7 Juni yang akan di ikuti oleh 7 kenaikan lagi sehingga suku bunga acuan akan mendekati 2,0% di akhir tahun ini.

Asal tahu, pelemahan bursa utama Asia hari ini dipimpin oleh Hang Seng Index dengan koreksi 2,28%, disusul oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 1,05% ke level 7.199,232. Sementara itu, Indeks Nikkei 225 Tokyo menguat 0,69% dan Strait Times menguat 0,12%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati