Investor mulai tertarik ke bisnis studio film



JAKARTA. Industri perfilman bakal semakin berkembang. Soalnya, investor mulai tertarik terjun ke sektor. Yang terbaru, Infinite Framework Group (IFG), perusahaan Singapura milik taipan Indonesia, Kris Wiluan, mengembangkan Infinite Studio di Nongsa, Pulau Batam.

Studio film itu berkonsep indoor dan outdoor. Studio ini merupakan pengembangan studio film animasi milik PT Kinema Systrans Multimedia, anak usaha IFG. "Total lahan yang terpakai mencapai 10 hektare (ha), menjadikan studio ini sebagai terbesar se-Asia Tenggara," kata Tommy Susanto, Manajer Studi dan Pengembangan Kinema, Minggu (13/11).

Menurut dia, dana investasi proyek ini mencapai Sin$ 25 juta atau sekitar Rp 175 miliar. Dana itu untuk pembangunan infrastruktur dan gedung-gedung yang mendukung produksi film.


Tommy bilang, IFW memilih Batam karena lokasinya strategis. Wilayah ini dekat dengan Singapura yang juga sudah terdapat studio indoor. Selain itu, studio baru nanti akan semakin melengkapi layanan IFW yang juga mengembangkan studi baru di Johor Baru, Malaysia dan studi semi indoor di Filipina.

Untuk tahap awal, IFG hanya akan menggunakan lahan 2 ha. Itu nanti untuk memproduksi film berjudul Dead Mine, kisah pertambangan Jepang di Indonesia. Biaya pembuatan film itu mencapai Rp 10 miliar - Rp 11 miliar. "Selain film itu, kami juga sudah bernegosiasi 4 sampai 5 judul film dengan HBO," tambah Tommy.

Semakin diminati

Perusahaan lain yang sudah terjun di bidang studio film ini antara lain PT Jababeka Tbk. Perusahaan ini membangun Indonesia Movieland seluas 36 ha dan menggelontorkan dana Rp 5 triliun. Semula studio film ini hanya untuk mendukung perkuliahan President University yang dimiliki Jababeka. Tetapi, sekarang, juga sudah dikomersialkan.

I Made Surya Dharma, Wakil Presiden Korporate Pemasaran dan Komunikasi Jababeka menjelaskan, permintaan untuk shooting film dan iklan di studio itu cukup banyak. Tanpa merinci nilainya, dua tahun terakhir sudah ada 150 film berlokasi di Indonesia Movieland. "Tahun 2012 targetnya ada 150 judul film shooting di sini," kata Made.

Tak heran, perusahaan ini pun terus mengembangkan studio itu. Terakhir, emiten properti ini membangun Hollywood Plaza.

Ini adalah bangunan multifungsi seluas 0,6 ha. Peruntukannya menjadi studi mini, restoran, ataupun studio animasi. "Ini semakin melengkapi fasilitas studio," ujar Made.

Syamsul Lussa, Direktur Film Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparenkraf), bilang, di Indonesia baru terdapat dua studio film besar tersebut. Namun, ia optimis industri ini akan terus tumbuh. "Soalnya, wilayah Indonesia masih alami, sehingga jadi daya tarik bagi investor," kata Syamsul.

Apalagi, harga lahan di Indonesia juga masih murah sehingga bisa menutup tingginya biaya studio yang mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini