JAKARTA. Rupiah berlanjut melemah. Pada pembukaan pagi pukul 09.48 WIB, Selasa (14/8), pasangan USD/IDR berada di level 9.498 atau melemah tipis dari 9.494 dari penutupan tadi malam. Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI) Taufan Tito mencermati kebutuhan dollar AS masih banyak. Ini terdorong dari impor barang-barang konsumsi menjelang hari raya Idul Fitri dan aksi mengamankan posisi investor menjelang liburan lebaran. Taufan menjelaskan, seharusnya kenaikan suku bunga overnight deposit facility (FASBI) dari 3,75% menjadi 4% mampu menjadi obat kuat bagi rupiah. BI menggunakan FASBI untuk menyerap kelebihan likuiditas perbankan selain sebagai instrumen mendapatkan dana untuk menutupi defisit neraca. "Dengan imbal hasil yang lebih tinggi seharusnya, banyak investor yang masuk ke instrumen BI ini sehingga bisa mengangkat rupiah," kata Taufan kepada KONTAN, Selasa (14/8). Namun, kenyataannya investor memanfaatkan kenaikan FASBI sebagai pengalihan instrumen investasi dari obligasi. "Terlihat investor banyak menarik (redemption) obligasi pemerintah bertenor panjang, dan ada indikasi mereka mengalihkan ke FASBI melalui bank umum," duga Taufan. Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah akan bergerak melemah kembali di range 9.485-9.495 hari ini. Sekedar informasi, pada perdagangan rupiah di New York, kontrak Non Delivery Forward, tercatat melemah di level 9.530-9.545.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investor obligasi pindah ke FASBI, rupiah lemah
JAKARTA. Rupiah berlanjut melemah. Pada pembukaan pagi pukul 09.48 WIB, Selasa (14/8), pasangan USD/IDR berada di level 9.498 atau melemah tipis dari 9.494 dari penutupan tadi malam. Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI) Taufan Tito mencermati kebutuhan dollar AS masih banyak. Ini terdorong dari impor barang-barang konsumsi menjelang hari raya Idul Fitri dan aksi mengamankan posisi investor menjelang liburan lebaran. Taufan menjelaskan, seharusnya kenaikan suku bunga overnight deposit facility (FASBI) dari 3,75% menjadi 4% mampu menjadi obat kuat bagi rupiah. BI menggunakan FASBI untuk menyerap kelebihan likuiditas perbankan selain sebagai instrumen mendapatkan dana untuk menutupi defisit neraca. "Dengan imbal hasil yang lebih tinggi seharusnya, banyak investor yang masuk ke instrumen BI ini sehingga bisa mengangkat rupiah," kata Taufan kepada KONTAN, Selasa (14/8). Namun, kenyataannya investor memanfaatkan kenaikan FASBI sebagai pengalihan instrumen investasi dari obligasi. "Terlihat investor banyak menarik (redemption) obligasi pemerintah bertenor panjang, dan ada indikasi mereka mengalihkan ke FASBI melalui bank umum," duga Taufan. Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah akan bergerak melemah kembali di range 9.485-9.495 hari ini. Sekedar informasi, pada perdagangan rupiah di New York, kontrak Non Delivery Forward, tercatat melemah di level 9.530-9.545.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News