KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pelaku dan praktisi pasar modal memandang prospek pasar modal Indonesia pada 2026 masih menjanjikan, meski dibayangi risiko koreksi seiring penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah cukup signifikan. Investor saham ternama dan yang sering disebut-sebut sebagai "Warren Buffet"-nya Indonesia, Lo Kheng Hong menyampaikan optimisme terhadap pasar modal Indonesia tahun depan, terutama didukung oleh kondisi suku bunga yang relatif rendah. Menurutnya, kondisi tersebut menjadi katalis positif bagi pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Saya optimis pasar modal kita di tahun 2026 akan baik, karena suku bunga sangat rendah saat ini,” kata Lo Kheng Hong kepada Kontan, belum lama ini.
Dalam menghadapi pasar 2026, Lo Kheng Hong mengaku akan tetap berpegang pada strategi investasi jangka panjang dengan fokus pada perusahaan berkualitas yang tengah dilepas investor asing. Ia menilai kondisi tersebut justru membuka peluang akumulasi bagi investor domestik.
Baca Juga: Rupiah Spot Dibuka Menguat ke Level Rp 16.782 per Dolar AS, Selasa (30/12) “Strategi investasi saya di tahun 2026 adalah membeli
wonderful company yang sedang dijual oleh asing,” jelasnya. Adapun sektor yang menjadi fokus utama Lo Kheng Hong antara lain perbankan besar, pertambangan batu bara, serta perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, sektor-sektor tersebut masih memiliki fundamental yang kuat dan prospek kinerja yang menarik ke depan. “Saham yang menarik bagi saya adalah saham big banks, tambang batu bara, dan perkebunan kelapa sawit,” tambahnya. Sejalan dengan itu, praktisi pasar modal sekaligus Direktur PT Indovesta Utama Mandiri, Rivan Kurniawan, menilai prospek pasar modal Indonesia pada 2026 cenderung tetap bullish, meski akan diwarnai rotasi sektor. Ia melihat peluang penguatan tidak hanya datang dari saham-saham konglomerasi besar, tetapi juga dari emiten lapis kedua atau second liner. “Prospek pasar modal Indonesia tahun depan diprediksi tetap menunjukkan tren bullish, meskipun terdapat pergeseran rotasi sektor yang perlu diperhatikan,” ujar Rivan. Menurutnya, sektor perbankan dan properti berpotensi kembali menjadi perhatian seiring penurunan suku bunga, meski bukan berarti mencapai puncak kinerja. Namun, Rivan mengingatkan investor untuk tetap mencermati risiko koreksi, mengingat kenaikan IHSG saat ini banyak dipengaruhi sentimen saham konglomerasi dibandingkan penguatan fundamental secara menyeluruh. “Dengan posisi IHSG yang sudah meningkat cukup signifikan, kehati-hatian terhadap potensi koreksi pasar menjadi sangat krusial,” katanya. Dari sisi strategi, Rivan menyebut pendekatan investasi pada 2026 cenderung lebih agresif, namun tetap selektif.
Stock picking dinilai menjadi kunci utama, terutama di tengah valuasi pasar yang relatif tinggi. “Saya akan cenderung lebih agresif, tetapi tetap berhati-hati karena IHSG sudah cukup tinggi dan rawan koreksi,” ujarnya. Untuk sektor pilihan, Rivan menilai sektor
consumer dengan segmen menengah atas atau
upper segment akan lebih resilien dibandingkan segmen bawah. Selain itu, sektor CPO juga masih menarik seiring implementasi kebijakan B50 yang berpotensi meningkatkan permintaan domestik. “Selain
consumer upper segment dan CPO, segmen perbankan juga menarik dengan tren penurunan suku bunga, begitu pula sektor properti karena bunga KPR yang lebih murah,” pungkas Rivan.
Baca Juga: IHSG Dibuka Turun ke 8.598, Top Losers LQ45: ADRO, BBRI dan ANTM, Selasa (30/12) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News