Investor ritel kompak melepas SR-008



JAKARTA. Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, jumlah sukuk negara ritel seri SR-008 yang dilepas investor ke pasar sekunder mencapai 49,38% dari total outstanding yang diluncurkan.

Analis memprediksi, sebagian besar SR-008 yang beredar di pasar sudah berpindah ke tangan investor institusi. Pemerintah menerbitkan SR-008 pada 10 Maret 2016 sebesar Rp 31,5 triliun, dengan kupon 8,3% per tahun.

Obligasi bertenor tiga tahun tersebut memiliki holding period satu bulan. Artinya sejak Senin 11 April 2016, investor bisa menjual kepemilikannya di pasar sekunder demi meraih kenaikan harga (capital gain).


Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto kepada KONTAN mengungkapkan, hingga 28 April 2016, jumlah SR-008 yang telah dilepas investor pasar primer ke pasar sekunder Rp 15,55 triliun.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo berpendapat, faktor utama yang mendorong investor melepaskan SR-008 di pasar sekunder adalah strategi investasi dengan skema trading. Investor berusaha menghimpun capital gain dari pergerakan harga SR-008.

Maklum, mengacu data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per 28 April 2016, harga SR-008 sudah berada di atas par, yakni 102,04. Dus, yield surat utang ini telah menyusut, dari semula 8,3% menjadi 7,5%. Adapun total volume perdagangan SR-008 sudah mencapai Rp 43,23 triliun dalam 17.357 kali transaksi.

Beben menjabarkan, pertumbuhan harga SR-008 ditopang oleh membaiknya kondisi ekonomi makro Indonesia ketimbang situasi pada tahun 2015. "Bank Indonesia juga sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali menjadi 6,75%," terangnya.

Beben menduga, sebagian SR-008 yang beredar di pasar sekunder diburu oleh investor institusi seperti manajer investasi, asuransi, dana pensiun, serta perbankan. Bagi manajer investasi, SR-008 dapat menjadi aset dasar produk reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran.

Apalagi industri keuangan non bank (IKNB) sedang berusaha menggemukkan portofolio surat utang negara (SUN) dalam investasi mereka.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menuturkan, fenomena investor pasar primer yang melepaskan kepemilikan surat utang negara ritel di pasar sekunder merupakan fenomena yang senantiasa terjadi di Indonesia. Soalnya, sebagian investor belum memiliki pendidikan yang memadai terkait pasar obligasi domestik.

"Mereka juga belum mengetahui cara mendapatkan keuntungan dari harga obligasi. Soalnya transparansi harga belum jelas untuk investor individu," tuturnya. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa tujuan awal pemerintah yang ingin mengerek peran investor ritel dalam pasar obligasi dalam negeri belum tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie